Motto

Hidup adalah pembelajaran tak kenal henti....

Sunday, January 20, 2019

REVIEW BUKU "PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM"



Judul Buku                 : Pendidik dan Peserta Didik dalam Pendidikan Islam
Penulis                         : Dr. Sukring, M.Pd.I.
Penerbit                       : Graha Ilmu
Tahun Terbit               : 2013
Cetakan                       : Pertama

                                              

Buku yang ditulis oleh Sukring yang merupakan hasil dari penelitian disertasi beliau ini menyoroti urgensi pendidik dan peserta didik dalam kaitannya dengan pengembangan kecerdasan. Penulis mencoba mendiskripsikan, menemukan, dan merumuskan hakikat pendidik dan peserta didik menurut perspektif pendidikan Islam, faktor yang mempengaruhi pendidik, serta merumuskan upaya pendidik dalam pengembangan kecerdasan peserta didik.
Akhir-akhir ini, dunia pendidikan menjadi sorotan masyarakat terkkait dengan banyak tawuran pelajar, ademostrasi dan perilaku menyimpang lainnya. Tak terkecuali sosok pendidik, pendidik merupakan tolak ukur terlaksana atau tidaknya suatu proses pembelajaran, ditangannyalah segenggam harapan dan tumpuan orang tua, masyarakat, dan Negara. Pendidik sebagai ujung tombak yang bisa merubah manusia baik dari aspek budaya, social, maupun agama. Selain itu, pendidik merupakan pengendali, pengarah, pengawal proses dan pembimbing ke arah perkembangan serta pertumbuhan manusia (peserta didik). Pendidik tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan yang diperlukan peserta didik, melainkan juga lebih diorientasikan upaya proses pembelajaran dan transformasi tata nilai etika ajaran Islam ke dalam pribadi mereka. Itulah sebabnya tugas yang diemban oleh seorang pendidik tidaklah mudah dan perlu pemahaman yang mendalam terhadap pendidikan.
Peserta didik merupakan salah satu komponen terpenting dalam pendidikan Islam. Aktivitas pendidikan tidak akan terlaksana tanpa keterlibatan peserta didik di dalamnya. Seiring perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan semakin pesat, pendidikan harus mampu menyiapkan peserta didik untuk menghadapi tantangan masa depan. Persiapan tersebut dalam perspektif Islam merupakan kesiapan untuk kreatif, dinamis, produktif, dan inovatif. Dengan demikian, peserta didik mampu mengimplementasikan dan mengintegralisasikan nilai-nilai kecerdasan yang terkandung dalam sisi terdalam dalam diri manusia (IQ, EQ, dan SQ). Dalam perspektif pendidikan Islam, pengembangan kecerdasan tersebut dapat diusahakan melalui ar-riyadah al-aqliyah ( melatih IQ/akal), ar-riyadah al-qalbiyah (EQ/qalbu), dan ar-riyadah ar-ruhiyah (SQ/ spiritual).

ISI BUKU

Pendidikan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari ajaran Islam secara komprehensif yang merupakan bagian terpadu dari aspek-aspek ajaran Islam. Nabi Muhammad saw., dalam mengembang tugas dan misi risalahnya senantiasa menempatkan pendidikan dalam satu kerangka awal perjuangan dalam pembelajaran (ta’lim) bersama para sahabat. Demikian pentingnya pendidikan, sehingga ayat pertama yang turun kepada Nabi saw., adalah perintah membaca. Sebagaimana firman Allah swt., dalam Q.S. Al-Alaq/97:1-5. Berdasarkan ayat tersebut Allah menegaskan bahwa membaca “Iqra bismi rabbik” merupakan perintah yang pertama kali turun seblelum perintah-perintah yang lain, yang berarti bahwa pendidikan Islam merupakan pilar yang paling utama dan sebagai bekal yang paling mendasar untuk memahami dan mendalami untuk selanjutnya mengamalkan perintah-perintah yang lain. Jadi ayat tersebut juga berimplikasi terhada pentingnya pendidikan bagi kehidupan manusia.

Kegiatan pendidikan sendiri tidak terlepas dari seorang pendidik dan peserta didik. Pendidik dalam konteks pendidikan Islam menjadi simbol dan sekaligus contoh bagi peserta didiknya dalam upaya menjadikan dirinya sebagai figure sentral. Posisi pendidik begitu sentral, dengan tugas dan kekuasaannya yang demikian besar, harus didayagunakan secara optimal, efektif dan efisien. Pendidik harus memiliki kualitas otoritas moral, tanpa otoritas pendidik tidak akan mungkin dapat atau mengembangkan peserrta didik kea rah sifat-sifat yang dibutuhkan bagi kehidupan kecerdasannya.

Pendidik yang disyaratkan Islam adalah pendidik yang memiliki otoritas, wewenang, legitimasi dan karismatik. Pendidik disyaratkan memiliki kepribadian, pengetahuan, dan pandangan hidup yang dimiliki Rsulullah saw., yaitu ; sifat siddiq, amanah, tabliq, dan fathanah. Selain itu, pendidik harus memiliki sifat keikhlasan, kelembutan, rendah hati, jujur, profesionalisme, dan keadilan yang seluruhnya merupakan implementasi dari karakter nabawi.

Perspektif pendidikan Islam tentang peserta didik dipandang sebagai hamba Allah swt., harus didik dan dibimbing agar tetap menjadi manusia yang mulia di hadapan Allah swt. Tanpa melalui proses pendidikan yang sistematis, konsisten, berkesinambungan, peserta didik tidak akan mampu mempertahankan dirinya sebagai hamba yang sekaligus khalifah yang paling baik di muka bumi. Peserta didik telah ditakdirkkan oleh Allah untuk berkembang dan tumbuh melalui proses dialektis dan interaktif dengan lingkungan sehingga fitrah yang merupakan potensi dasar hidupnya dapat berkembang wajar setahap demi setahap menuju tujuan yang ditetapkan. Dalam proses inilah peserta didik memerlukan bimbingan dari pendidik yang kompeten dan professional dengan berpegang pada nilai-nilai etika ajaran Islam

Pendidik dalam pengembangan kecerdasan peserta didik, pasti ada faktor yang mempengaruhinya seperti tujuan pendidikan, manusia didik, pendidik sendiri, pendekatan, metode, alat dan lingkungan. Selain itu yang juga mempengaruhi pendidik dalam pengembangan kecerdasan peserta didiknya meliputi faktor internal, yaitu 1) faktor fisiologis pendidik seperti kesehatan fisik dan panca indera, kurang berfungsinya sebagian panca indera merupakan penghambat terlaksananya proses pembelajaran. 2) faktor psikologis , seperti kecerdasa, sikap, kepribadian, dan kemampuan memotivasi peserta didik. Sedangkan faktor eksternal, yaitu sosial budaya ekonomi, kompetensi, dan kurikulum. Pendidik harus mampu meminimalisir dan mengatasi kendala-kendala dalam dirinya yang dapat mempengaruhi perkembangan kecerdassan peserta didik.

Upaya pendidik dalam pengembangan kecerdasan peserta didik menurut Islam, adalah melatih menanamkan keimanan tentang keEsaan Allah swt.,maka seluruh komponen pembelajaran harus mengarahkan peserta didik terlatih (ar-riyadah), pembiasaan, dan mujahadah atau kristalisasi nilai-nilai ajaran Islam dalam kehidupan peserta didik. Upaya pendidik tersebut sebagai berikut:
Pemberdayaan kecerdasan akal (IQ) dikembangkan melalui olah akal (nalar) (ar-riyadah aqliyah), yaitu: melatih membaca, memperhatikan, mendengarkan, menyadari, mempelajari, memikirkan segala sesuatu yang dapat di indera. Dalam konteks Islam disebut tafakur, tadabur, dan tazakur, mengolah daya nalar terhadap feneomena alam dan segala ciptaan, serta pengenalan keEsaan Allah swt.

Pemberdayaan kecerdasan kalbu (EQ) dikembangkan melalui olah kalbu (ar-riyadah qalbiyah), yaitu melatih bersungguh-sungguh (mujahadah) membersihkan hati dari sifat-sifat buruk, dan menghiasi hati dengan sifay-sifat mulia, seperti mencintai, menghargai sesame, memahami orang lain, simpatik, member maaf, berlapang dada, dan pengendalian diri dengan sifat sabar, tabah, syukur, rida, serta melatih kemampuan menahan gejolak nafsu dan amarah.

Pemberdayaan kecerdasan ruhiyah (SQ) dikembangkan melalui olah jiwa (ar-riyadah ar-ruhiyah dengan dua pendekatan, yakn pendekatan ruhaniah dan pendekatan amaliah. Pendekqtqn ruhqniah yaitu melatih, menanamkan keimanan, keislaman, dan keihsanan peserta didik. Sedangkan pendekatan almaliah, ssenantiasa melatih menghambakan diri secara totalitas melalui shalat yang berkualitas, zikir dan puasa. Mencintai Allah swt., dengan sebenarnya, takut kepada-Nya serta memlihara diri, bertakwa kepada Allah swt.

KOMENTAR PEMBACA
Buku ini sekiranya sangat berguna dan bermanfaat dalam dunia pendidikan khusunya bagi para pendidik dalam upaya pengembangan kecerdasan peserta didik. Penulis menyampaikan secara jelas, tuntas, lengkap dan rinci mengenai perspektif pendidikan Islam tentang pendidik dan peserta didik sesuai judul yang diangkat. Selain itu buku ini juga memberikan gambaran mengenai bagaimana konsep pendidikan Islam dan cara pengembangan peserta didik yang sesuai dengan pendidikan Islam yang berlandaskan kepada Al-Qur’an dan Hadits. Mengenai penulisan buku, dalam hal ini pembaca akan sangat terbantu karena buku ini menyajikan referensi yang sudah begitu jelas apalagi referensi tersebut dietakkan di setiap bab nya pada akhir pembahasan bab.

Terlepas dari hal yang di atas, dari sisi pemilihan kata-kata mungkin perlu diperhatikan lagi karena penulis banyak menggunakan kata-kata yang jarang terdengar di telinga pembaca dari kalangan biasa sehingga mungkin akan  sulit bagi pembaca untuk memahami kata-kata tertentu. Kemudian mungkin diperlukan adanya revisi dalam pembuatan cover agar lebih menarik bagi para pembaca.


Reviewer : Siti Ariyanti & Yuli Ariani

REVIEW BUKU "KAPITA SELEKTA PENDIDIKAN ISLAM"



Judul Buku                       : Kapita Selekta Pendidikan Islam (Edisi Revisi)
Penulis                               : Prof. H. Muzayyin Arifin, M. Ed.
Penerbit                             : PT Bumi Aksara
Tahun terbit                      : 2014
Cetakan                             : Ke-6
Tebal                                  : 254 Halaman

            Begitu panjang sejarah perjalanan pendidikan islam di indonesia dan begitu besar peran yang sesudah maupun yang akan datang, namun perkembangan pendidikan islam belum menunjukkan hasil yang optimal. Dibandingkan dengan berbagai macam jenis perkembangan pendidikan lainnya, pendidikan islam jelas menunjukkan kualitas yang lebih rendah. Berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan islam telah dilakukan.
Dengan berjalannya waktu dimasa sekarang ini, di indonesia menunjukan kualitas pendidikan islam yang lebih rendah di sebabkan oleh permasalahan-permasalahan yang menyangkut pendidikan islam namun dari permasalahan-permaslahan tersebut ada pula upaya memecahkan masalah, dalam dunia pendidikan islam baik berupa model-model pembelajaran, strategi pembelajaran, prinsip-prinsip pendidikan islam dan pendekatan-pendekatan dalam pembelajaran.
            Buku ini tidak sekedar mendiskripsikan berbagai persoalan yang di hadapi oleh dunia pendidikan Islam di indonesia, namun juga memberikan berbagai alternatif pemecahannya. Seperti halnya persoalan pendidikan pada profesi keguruan, kelembagaan, manajemen, dan materi pendidikan islam itu sendiri. Persoalan tersebut berjalin berkelindan, sehingga pemecahnya tidak dapat dilakukan secara komprehensif dengan pendekatan multidimensional.
            Proses kependidikan islam memerlukan konsep-konsep yang pada gilirannya dapat dikembangkan menjadi teori-teori yang teruji dan praksisasi dilapangan operasional. Bangunan teoritis kependidikan islam itu akan berdiri tegak di atas pondasi pandangan dasar (filosofi) yang tercantum dalam kitab suci. Proses kependidikan islam yang telah mengacu dalam masyarakat yang beraneka ragam kultur dan struktur. Selama itu pula jasa-jasanya telah tampak mewarnai sikap dan kepribadian manusia yang tersentuh oleh dampak-dampak positif dari proses keberlangsungannya.
            Buku ini menjadi penting untuk penguasaan skill para semua pendidik untuk selalu siap dalam menghadapi berbagai jenis persoalan dalam pendidikan islam. Pada Bagian I , buku ini akan memuat beberapa hal tentang problematika pendidikan islam masa kini dan masa akan datang, prinsip-prinsip pendidikan islam sebagai disiplin ilmu, model-model pendidikan islam dan orientasinya serta krisis pendidikan islam. Pada bagian I ini lebih terfokuskan kepada problema konseptual teoritik pendidikan islam.
            Serta dalam bagian II ini, tentang strategi pembangunan pendidikan agama (islam) dalam upaya mengantisipasi perkembangan Iptek, pergeseran nilai kehidupan sosial budaya dan pendidikan (sebuah tinjauan dari aspek agama, kultural, dan psikososial), sistem dan metode pendidikan islam dalam upaya meningkatkan kualitas hidup umat islam di Indonesia, dan fungsi majelis taklim di tengah pesatnya pembangunan, serta pendekatan kultural edukatif terhadap agama dan perkembangan sosial budaya. Dalam hal ini, membahas segala yang menekankan tentang problema pendidikan islam dalam dinamika masyarakat lebih lagi di zaman sekarang ini.
            Bagian III tentang model-model penelitian dalam pendidikan. Baik tentang model kegiatan penelitian dalam pendidikan, model penelitian tentang problema guru, tentang peranan kepala sekolah dalam memperlancar pembaruan pendidikan serta model penelitian tentang cara memperbaiki tingkah laku guru dalam mengajar.
            Bagian IV terkait dengan problema manajemen dan kelembagaan pendidikan islam, khususnya pada pendidikan agama, sarana, fasilitas, dan lingkungan pendidikan , menkaji pula tentang profesionalisme pendidikan dalam pengelolaan madrasah, bimbingan dan penyuluhan di sekolah dan luar sekolah, serta bahan-bahan pemikiraan tentang metode pendidikan agama pada perguruan tinggi.
            Adapun pula bagian V dalam buku ini, menkaji tentang pendidikan agama dalam lingkup pendidikan nasional dengan tujuan agar pendidikan agama lebih berguna dalam mewujudkan generasi bangsa yang berkualitas unggul,lahiriah dan batiniah , SKB (Surat Keputusan Bersama) 3 Menteri Tahun 1975 dan kebijakan pemerintah dalam pembinaan madrasah dan pondok pesantren, perumusan tujuan dan pembinaan/penyelenggaraan pondok pesantren dalam masa pembangunan, sistem dan metode pendidikan pada pondok pesantren.
            Perbandingan dengan buku lain, karena sebelumnya buku ini pernah diterbitkan, dan mengingat relevansi isi buku dengan realitas dunia pendidikan di masa sekarang serta luasnya cakupan pembahasan yang terkandung di dalamnya, sangat di sayangkan untuk tidak menerbitkan buku ini lagi. Namun, pada buku yang sekarang sejalan dengan perkembangan terutama menyangkut tentang perubahan yang terjadi di dunia pendidikan, berbagai informasi dan data buku ini  telah di perbaharui dan di sesuaikan dengan keadaan yang ada di masa sekarang ini.
            Buku ini memiliki keunggulan dari segi pembahasan yang analitis dan mendalam serta banyak memberikan ilmu pengetahuan yang luas untuk para pendidik. Buku ini juga dapat membantu para pendidik akan problematika pendidikan islam di masa sekarang, mengingat ilmu pengetahuan, terutama yang bersifat empirik tidak dapat berkembang secara baik kecuali melalui aktivitas penelitian. Karena di dalam setiap pembahasannya penulis berusaha untuk menguraikan setiap persoalan  pendidikan. Dengan demikian buku ini benar-benar bisa memberika aspirasi kepada pembaca, dan patut untuk di baca.
            Namun tidak terlepas dari keunggulan sudah pasti dalam buku ini pula memiliki sebuah kekurangan dari segi bahasa yang di gunakan yang begitu analitis sulit bagi orang-orang untuk memahami isi dari buku ini, sarannya untuk buku ini seharusnya memiliki bahasa yang mudah untuk di pahami dari  berbagai usia. Jika nanti buku ini akan di terbitkan lagi seiring dengan perkembangan zaman, penulis harus lebih mempertimbangkan lagi dari segi bahasa yang di gunakan untuk mudah di pahami oleh berbagai usia. Dari segi keseluruhan buku ini sangat detail dalam segala pembahasannya untuk menguraikan setiap persoalan pendidikan serta bagaimana cara pemecahannya dengan pendekatan yang multidimensi. 


Reviewer : Siti Amyliyani Istiqamah & Yulyani Hikmawati

REVIEW BUKU "INILAH FAKTANYA"






Judul Buku                     : Inilah Faktanya Meluruskan Sejarah Umat Islam Setelah
    Wafat Nabi SAW Hingga Terbunuhnya al- Husain
Penulis                            : Dr. Utsman bin Muhammad al- Khamis
Penerbit/ Tahun             : Daar Ibnu al- Jauzi, Kairo Mesir / Cet. I – 2007M           
Penerjemah                    : Syafarudiny, Lc
Editor Isi                        : Fajar Kurnianto, S. Th.I dan Ahmad Khatib, Lc
Editor Bahasa                : Handi Wibowo, S. Hum
Muraja’ahAkhir            : Tim Pustaka Imam Asy- Syafi’i
Layouter                         : Faik Sangkar
DesainSampul                : Ahmad Fajar Qomarudin
Penerbit                          : Pustaka Imam Asy- Syafi’i
Tahun Terbit                   : 2013
Tebal                                : 418 hlm
UkuranBuku                   : 15 x 21 cm


Sebagai generasi pilihan yang diberkahi, generasi sahabat memiliki banyak kelebihan dibandingkan generasi sekarang. Karenanya, ada fakta-fakta sejarah yang harus kita ungkap terkait kehidupan. Sebab, sampai kapanpun, kebenaran harus menjadi anutan. Kedudukan mereka berbeda dengan generasi lainnya. Tidak ada seorang pun yang mampu menyamai ilmu mereka dan amal mereka. Tidak ada pula yang mampu menyusul mereka dalam hal ini. Melalui merekalah Allah meninggikan dan memenangkan agama-Nya (islam).
Walau pun selalu membicarakan keutamaan sahabat-sahabat Nabi SAW, ini tidak berarti kita menganggap mereka Ma’shum (tidak pernah berbuat salah). Sebab, sebagaimana dimaklumi, tidak ada makhluk yang dijadikan Ma’shum oleh Allah kecuali para Nabi dan Malaikat-Nya.
Memang benar di antara sahabat yang pernah melakukan kesalahan selama hidup mereka dan setelah Rasulullah wafat. Akan tetapi, apabila kita membandingkannya dengan penderitaan, kesusahan, dan malapetaka yang mereka tanggung di jalan keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya, tentu kealpaan mereka itu tidak sebanding dengan semua pengorbanan itu.  Belum lagi kita membandingkannya dengan kegigihan mereka di jalan dakwah untuk menyebarkan agama yang lurus sebagai manifestasi agama Ibrahim ini; juga pengorbanan mereka dalam berhijrah sampai rela meninggalkan keluargadan kampung halaman; begitu pula jihad mereka tegakkan dengan segenap harta dan jiwa; serta pembelaan mereka terhadap Rasulullah dengan segala kekuatan yang dimiliki; mereka sungguh, semua fakta tersebut menjadikan kesalahan mereka, jika dibandingkan dengan banyaknya kebaikan dan amal sholeh mereka, laksana butiran-butiran pasir di antara gunung-gunung yang menjulang; atau laksana tetesan-tetesan air di antara limpahan air bah. Sungguh , keduanya tidak mungkin dibandingkan.
Sungguh umat Islam lebih pantas bercermin pada sejarah daripada umat-umat yang lain. Karena, umat Islam menyandang kejayaan heroisme (kepahlawanan), dan keunggulan yang tidak sebanding dengan sejarah satu umat pun. Namun dewasa ini, ditengah keterpurukan Islam akibat ulah umatnya sendiri, Allah menguji kita dengan gempuran para pewaris kera dan babi (ahlulkitab) serta para penyembah thaghut (kaum musyrikin). Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan izin Allah yang Mahatinggi dan Mahamulia.

ISI BUKU

Dalam sejarah Islam periodenya yang paling gemilang adalah periode Rasulullah saw dan para Sahabat. Sahabat-sahabat beliaulah yang mengemban tugas menyebarkan Islam. Merekalah makhluk Allah SWT. yang terbaik setelah para Nabi dan Rasul. Akan tetapi pada perjalanannya, sejarah Islam banyak mengalami distorsi, pemecahan, dan penyelewengan fakta dan data, dikarenakan munculnya kelompok-kelompok sempalan yang sesat. Tiap-tiap kelompok berusaha menjatuhkan kelompok yang lain dan, pada saat yang bersamaan, mengangkat citra pribadi. Akibatnya, muncullah cacat-cacat pada kemurnian sejarah para pemuka umat kita.
Maka tidak heran jika di antara umat ini kita mendapati kelompok yang ghuluw atau melampaui batas syariat dalam mencintai sosok tertentu. Kelompok ini mencintai Sahabat yang mulia,  Ali bin Abu Thalib, dengan kecintaan yang justru merusak segala-galanya. Demi kecintaan itu, mereka dengan lancang menisbatkan hal-hal dan kabar-kabar palsu kepada Ali. Di samping itu, dia berusaha menjatuhkan kemuliaan Sahabat yang lain; dan menuding mereka telah merampas hak-hak Ali dan menzhalimi sepupu Nabi saw Ini, dan itu artinya mereka telah menzhalimi diri mereka sendiri.
Bahkan kecintaan yang berlebihan tersebut juga ditunjukan kepada cucu-cucu Ali; sehingga dinyatakan bahwa cucu-cucu Ali adalah para Imam yang ditunjuk berdasarkan nash suci dan ma'shum. Padahal, itu sama artinya menyamakan kedudukan para Imam tersebut dengan para Nabi saw. Bahkan, Ali pernah menyatakan: “suatu kaum akan mencintaiku tetapi mereka justru masuk Neraka lantaran kecintaan itu. Dan suatu kaum juga akan membenciku sehingga mereka masuk Neraka lantas kebencian itu.” Ali juga menyatakan: “Berkaitan denganku, dua orang akan binasa: orang yang berlebih-lebihan dalam mencintaiku, dan orang yang berlebih-lebihan dalam membenciku.”
Menurut pendapat yang shahih, sangka and sangkaan dan bentuk-bentuk ghuluw terhadap Ali bin Abu Thalib muncul setelah pertengahan abad ketiga Hijriyah. Salah satu hal yang menguatkan pendapat ini adalah tidak ada satu pun riwayat shahih yang menunjukkan adanya kebencian antara Ali dan Sahabat lainnya. Justru sebenarnya, riwayat-riwayat shahih yang ada menunjukkan besarnya kecintaan mereka terhadap sesama.
Bahkan, disebutkan pula gambaran-gambaran cemerlang berupa sikap setiap individu yang lebih mengutamakan saudaranya daripada dirinya sendiri; juga tentang eratnya persaudaraan dan kasih sayang mereka, saling menasehati antara mereka, dan kuatnya hubungan kekerabatan di antara mereka. Hal inilah yang semestinya dijadikan sandaran bagi pencari kebenaran guna memastikan bahwa permusuhan dan kebencian di antara para Sahabat Nabi saw hanya dusta belaka.
Uraian sebagai gambaran cemerlang yang dimaksud dalam paragraf-paragraf berikut, sebagai bukti pernyataan dan argumentasi di atas. Pertama, tiga Khulafaur Rasyidin, Abu Bakar ash-Shiddiq, Umar bin Abu Thalib untuk menikahi Fatimah. Mereka juga turut mempersiapkan pernikahan keduanya dan menjadi saksi atasnya.
Ali menuturkan: “Abu Bakar Dan Umar menemuiku, kemudian mereka berkata: ‘Seandainya kamu menemui Rasulullah SAW lalu menyebutkan keinginanmu untuk menikahi Fatimah ( niscaya beliau akan mengabulkannya).’”
Ali juga menuturkan: “Rasulullah SAW menyuruhku: ‘Pergilah sekarang, kemudian juallah baju perangmu, lalu berikan uang hasil penjualannya kepadaku. Akan kugunakan uang itu untuk mempersiapkan pernikahanmu dengan putriku, dan untuk membeli apa saja yang kalian perlukan.’ Aku pun pergi menjual baju perangku seharga empat ratus dirham Madinah kepada Utsman bin Affan. Sesudah menerima dirham darinya, dan dia telah menerima baju perangku itu dariku, Utsman bertanya: ‘Bukankah sekarang aku lebih berhak atas baju perang ini daripada kamu, sebagaimana kamu lebih berhak atas dirham itu daripada aku?’ ‘Ya, ‘jawabku singkat. Lalu Utsman berkata: ‘Kalau begitu, baju perang ini aku berikan untukmu sebagai hadiah.’ Maka, aku mengambil baju perang dan dirham itu kemudian kembali menemui Rasulullah SAW. aku segera meletakkan baju perang dan dirham tersebut di hadapan beliau, dan tidak lupa ku ceritakan perbuatan Utsman. Beliaupun mendo'akan kebaikan bagi Utsman. Setelah itu, beliau menggenggam sejumlah dirham kemudian memanggil Abu Bakar dan memberikan uang itu kepadanya seraya berpesan: ‘Hai Abu Bakar, berilah dengan uang dirham ini segala keperluan putriku di rumahnya.’”
Anas menuturkan: “Rasulullah SAW berseru: 'Pergi dan panggillah Abu Bakar, Umar, Utsman, Thalhah, az-Zubair, dan sejumlah Sahabat Anshar.’ Maka, aku segera pergi dan memanggil mereka. Setelah mereka datang dan menempati tempat duduk masing-masing, Rasulullah SAW berbicara: ‘Aku bersaksi di hadapan kalian bahwa aku telah menikahkan Fatimah dan Ali dengan maskawin empat ratus mitsqal perak.’”
Kedua, Ali bin Abu Thalib menikahkan putrinya, Ummu Kultsum binti Fatimah, dengan Umar bin al-Khaththab.
Ketiga, Ali bin Abu Thalib memberi nama anak-anaknya dengan nama sahabat dan orang-orang yang dicintainya, yaitu Abu Bakar, Umar, dan Utsman. Ali juga memuji keshalihan mereka.
Ali menuturkan: “Aku benar-benar menyaksikan para sahabat Rasulullah SAW. menurutku, tidak ada seorangpun dari kalian yang bisa menyamai kualitas mereka. Pada pagi hari, tubuh mereka terlihat acak-acakan karena semalam suntuk bersujud dan berdiri, mengangkatturunkan kening dan punggung untuk shalat. Mereka berdiri seperti di atas bara api karena mengingat akhirat. Dan karena sujud yang lama, di dahi mereka membekas tanda seperti lutut domba. Kika mengingat Allah, air mata mereka bercucuran dan tubuh mereka bergetar laksana pohon saat terkena angina kencang.”
Ali memiliki beberapa anak, antara lain bernama Abu Bakar, Umar, dan Utsman. Abu Bakar dan Utsman terbunuh bernama al-Husain di Thaff, sedangkan Umar termasuk di antara orang-orang yang dikaruniai umur panjang.

KOMENTAR
Sejarah Islam tidak bisa lepas dari sejarah Sahabat Rasulullah SAW. Salah dalam memahami peristiwa sejarah pada masa mereka tentu akan menyebabkan kekeliruan dalam menafsirkan peristiwa sejarah pada masa-masa berikutnya. Buku ini menghadirkan pembahasan sejarah pada masa  khalifah setelah Rasulullah SAW. Diungkap dengan gaya berbeda, buku ini mencoba meluruskan pemahaman kita selama ini terkait sejarah Islam khususnya pada era sahabat, termasuk cara yang ideal dalam membaca sejarah Islam.
Peristiwa-peristiwa penting yang jarang diungkap mulai era kekhilafahan Abu Bakar, Umar, Ustman, Ali, serta Hasan, Muawiyah, hingga Yazid dipaparkan secara gambling di dalamnya. Keberhasilan mereka dalam memimpin umat Islam saat itu dijelaskan dengan lugas. Konflik-konflik yang selama ini diisukan terjadi di antara mereka juga dibahas beserta bantahan-bantahannya. Paradigma keshalihan para sahabat diterangkan secara jelas di dalam buku ini. Tidak kalah pentingnya, buku ini juga meluruskan kesimpang siuran masalah sukses kepemimpinan sepeninggal Rasulullah SAW, termasuk konspirasi Yahudi dalam pembunuhan Utsman yang menjadi cikal bakal pemberontakkan pada masa-masa selanjutnya.
Kelebihan dan kekurangan buku
            Buku ini memiliki banyak kelebihan dari segi pembahasan yang  mendalam serta banyak memberikan pengetahuan tentang sejarah dan peristiwa kehidupan para sahabat, keberhasilan mereka dalam memimpin umat seta meluruskan kesimpang siuran selama ini. Dengan membaca buku ini, kita akan sadar betapa kita perlu bersikap kritis dalam membaca peristiwa-peristiwa sejarah, terutama yang bertedensinegatif terkait kehidupan para Sahabat yang telah mendampingi Rasulullah SAW dalam mendakwahkan agama ini.
            Namun tidak terlepas dari keunggulan buku keunggulan sudah pasti ada kekurangan dalam buku ini. Dari segi bahasa yang digunakan buku ini masih menggunakan kata-kata yang kurang dipahami dari berbagai kalangan. Gambar ilustrasi pada buku ini masih kurang sehingga akan menimbulkan kebosanan bagi para pembacanya. Dari segi keseluruhan buku ini sudah sangat detail dalam segala pembahasannya dalam meluruskan sejarah umat Islam sejak Nabi wafat hingga terbunuhnya al- Husain.

Monday, January 7, 2019

REVIEW BUKU FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (H. Muyazzin Arifin)





Judul Buku                  : Filsafat Pendidikan Islam (Edisi Revisi)

Penulis                         : H. Muyazzin Arifin

Tebal Buku                  : 174 Halaman (+ ix )

Tahun Terbit                : 2014

Cetakan                       : ke 7

Penerbit                       : PT Bumi Aksara

ISBN                           : 979-526-857-0


Buku ini merupakan buku edisi revisi yang merupakan penyempurnaan dari cetakan sebelumnya, revisi buku ini dilakukan oleh editor ahli yaitu Dr. Yunasril Ali. Mempelajari Filsafat pendidikan islam berarti memasuki pemikiran yang mendasar, sistematis, logis dan menyeluruh tentang konsep pendidikan islam yang bersumber kepada ajaran islam.

Proses pendidikan islam yang total dan meliputi segala aspek kemampuan manusia memerlukan landasan falsafah pendidikan yang menjangkau pribadi setiap peserta didik. Hal pokok yang dibahas memberikan landasan dan sekaligus mengarahkan kepada proses pelaksanaan pendidikan yang berdasarkan ajaran islam. Melakukan kritik dan koreksi terhadap proses pelaksanaan pendidikan islam. Sekaligus memberikan pengarahan mendasar bagaimana metode tersebut dapat didayagunakan agar efektif untuk mencapai tujuan.

ISI BUKU

Filsafat Pendidikan Islam merupakan ilmu pengetahuan yang eksistensinya masih dalam kondisi permulaan perkembangan sebagai disiplin keilmuan bidang pendidikan. Sistematika filsafat pendidikan islam masih dalam proses penataan yang akan menjadi kompas bagi pengembangan teorisasi pendidikan islam selanjutnya. Analisis filosofis filsafat pendidikan islam bertumpu pada sumber-sember filsafat pendidikan islam berisi informasi dasar kewahyuan (revelatif) yang telah tersedia di dalam kitab suci Alquran yang kaya dengan ayat-ayat yang mengandung implikasi kependidikan, justru karena kitab suci ini diturunkan Allah untuk mendidik makhluk sekalian alam. Informasi dasar  yang tersedia dalam Alquran diperkaya dengan Sunnah Rasulullah saw, sebagai penjelasan dan pemantapan makna dalam pengalaman nilai-nilai yang kontekstual kepada dinamika kehidupan masyarakat umat manusia secara universal.

Dalam artian yang lebih aktual filsafat pendidikan islam berusaha menguakkan rahasia kehidupan umat manusia di mana faktor watak kejadiannya yang alami, baik yang bersifat psikologis maupun fisiologis, menjadi motor penggerak kehidupannya. Ia menjadi sarana untuk pertumbuhan dan perkembangan manusia sebagai individu dan sebagai makhluk sosial yang cenderung untuk mencari homeostatika ( Keseimbangan batiniah) dalam dirinya dan harmonisasi dalam pola hubungan serta berkesinambungan antara dirinya dengan Tuhannya, antara dirinya dengan masyarakatnya serta Tuhannya.

Dengan demikian,dinamika kehidupan manusia muslim adalah prinsip ajaran Alquran yang menggambarakan fitrah kemanusiaan yang universal sejalan dengan tugas Adam diturunkan ke dunia. Itulah sebabnya mengapa filsafat pendidikan islam senantiasa melihat bahwa anak didik sedang berada di dalam proses perkembangan menuju titik optimal kemampuannya dalam menjalankan perintah-perintah Tuhan dan menjauhi larangan-larangan- Nya.

Pendidikan Islam yang di dasari oleh filsafat pendidikan islam dengan nilai dan norma islami dari sumber Alquran dan Sunnah Rasulullah saw, harus memanifestasikan makna hakiki dari cara hidup islami. Oleh karena itu, pengertian filsafat pendidikan Islam sama sebangun dengan aspirasi dan tuntutan hidup umat Islam sepanjang zaman.

Untuk merealisasikan cita-cita islami, metode merupakan suatu faktor pelancar dari proses kependidikan. Oleh karena metode, bila dilihat fungsinya adalah sebagai sarana, maka secara filosofis ia memiliki aspek-aspek monovalent dan polyvalent, yang dalam penerapannya bercorak kegunaan tunggal dan kegunaan ganda.

Permasalahan Pendidikan Islam dilihat dari analisis filosofis, dapat dikelompokkan kedalam tiga wawasan problematik yaitu Permasalahan content (isi) Pendidikan Islam, Metode Pendidikan Islam, dan Tujuan Pendidikan (aim of education).

Sistem Pendekatan filsafat pendidikan islam memberikan corak pandangan dan pemikiran filosofis dalam mengkaji dan menganalisis permasalahan kependidikan. Oleh karena filsafat kependidikan Islam memberikan pandangan dasar terhadap teorisasi dan operasionalisasi kependidikan Islam maka sistem sumber-sumber lain yang nonislami, dijadikan suplemen yang mendukung validitas sumber islami. Dari sistem pendekatan tersebut melahirkan konsep-konsep pemikiran filosofis yang menjadi sumber dari teorisasi pendidikan Islam. Oleh karena itu, filsafat pendidikan Islam tidak memberikan asumsi-asumsi, hipotesis kependidikan Islam, melainkan mencari hakikat suatu problem yang dianalisis secara filosofis. Tiap problem hidup terdapat hakikatnya, demikian juga problem kependidikan yang timbul dari hidup manusia itu sendiri. Kehidupan adalah pendidikan dan pendidikan adalah kehidupan itu sendiri. Dengan demikian jelaslah bahwa filsafat pendidikan islam terus berkembang seirama atau selaras dengan perkembangan masyarakat manusia yang secara universal adalah mempunyai kesamaan aspirasi yaitu kebebasan, kesejahteraan, kedamaian, dan kebahagiaan hidup di dunia. Dan sebagian besar umat manusia yang beriman tentu menghendaki kebahagiaan hidup setelah mati,kecuali kaum atheis komunis (kaum yang mulhid).

Aliran paham kefilsafatan dalam pendidikan yang ada sampai kini  menunjukkan adanya aspirasi kelompok manusia yang pada dasarnya menginginkan realisasi nilai-nilai kemanusiaan ke dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Hanya tekanan masing-masing aliran paham berbeda-beda pada aspek kehidupan itu. Namun fenomena ini mencerminkan bahwa fitrah manusia itu pada dasarnya berkesamaan, yaitu mendambakan kehidupan yang sejahtera dan bahagia yang penuh kepuasan jasmaniah dan rohaniah. Yang berbeda adalah cara-cara pencapain tujuannya melalui proses pendidikan dan juga pandangan dasar terhadap penekanan aspek kehidupan manusia dari segi idealnya.

KOMENTAR

Buku ini sekiranya sangat berguna dan bermanfaat dalam dunia pendidikan khususnya untuk melengkapi bahan-bahan studi ilmiah tentang filsafat pendidikan Islam, Selain itu buku ini diharapkan pula menjadi perintis studi ilmiah lebih mendalam dan luas tentang penganalisisan kependidikan islam dari segi filosofis. Penulis menyampaikan secara jelas,tuntas dan padat mengenai filsafat pendidikan islam sesuai dengan judul buku yang diangakat. Selain itu buku ini juga membahas Sumber-sumber filsafat pendidikan islam berdasarkan Al-quran dan Sunnah Rasulullah saw.

Terlepas dari keunggulan pada buku ini, sudah pasti dalam buku ini memiliki sebuah kekurangan dari segi bahasa yang digunakan dan pemilihan kata-kata mengkin perlu diperhatikan lagi karena penulis banyak menggunakan kata-kata yang jarang terdengar di telinga pembaca dari kalangan pembaca pemula yang ingin mempelajari filsafat pendidikan islam, sehingga mungkin akan sulit bagi pembaca untuk memahami kata-kata tertentu. Kemudian mungkin buku ini terus disempurnakan berdasarkan pengalaman dan pegetahuan.


review by. Aldita Zeanida & Siti Rahmah