Motto

Hidup adalah pembelajaran tak kenal henti....

Wednesday, May 23, 2012

NarasiI Perluasan Wilayah Pada Masa Umar Ibn Khattab

4. NARASI PERLUASAN WILAYAH PADA MASANYA
Awal Cerita Penaklukan
Setelah nabi wafat, Islam telah tersebar di seluruh semenanjung Arab. Ketika Umar ibn Khattab berkuasa, Islam menyebar ke luar semenanjung yang gersang dan tandus itu, menuju wilayah-wilayah hijau subur, dan kaya ; ke kota-kota pusaka;  ke negeri-negeri legenda yang memiliki sejarah serta peradaban lebih tinggi.
Sebelum masa penaklukkan Islam, Suriah ditempati oleh bangsa Suriahe-Aramatic (Suryani), sebagian elite Yunani dan romawi berbicara dalam bahasa tersebut. Mesir ditempati bangsa Yunani dan Koptik. Cyrenaica dan Afrika utara dihuni bangsa Romawi dan Barber. Palestina didiami orang-orang berbahasa Suryani, Yunani, dan Ibrani. Irak dan seluruh wilayah Persia ditempati bangsa Arya-Persia dan sebagian kecil Suryani. Meski demikian, terdapat minoritas klan Arab yang tinggal di wilayah kecil perbatasan Suriah dan Irak, seperti Ain Tamar dan Hira. Hanya sekitar sepuluh tahun, umar berhasil menguasai seluruh wilayah itu.
Umar dan Penaklukan Suriah
•    Menaklukkan Damaskus
Setelah terpilih, Umar mengambil alih komando besar atas pasukan muslim. Mula-mula Umar mengganti Khalid ibn Walid dengan Ibnu Ubaidah ibn al-Jarrah. Umar memerintahkan mereka untuk menunda perhatiannya atas pella-tempat sebagian pasukan Bizantium yang kalah perang bersembunyi dan lebih terkonsentrasi untuk bergerak menuju Damaskus.Karena letaknya yang strategis, yaitu dijalur utama dagang dunia, di dekat pesisir Levantina (Medeterania Timur), Damaskus pernah dikuasai berbagai imperium dunia, seperti Akkadia, Ibrani, Babilonia, Persia, Yunani, Romawi, dan Arab Islam.
Pasukan Islam bergerak menuju kota bergerbang tujuh itu. Mendengar kabar itu, kaisar Heraklius mundur ke Emesa. Umar memerintahkan untuk mendahulukan Damaskus daripada Pella sekalipun jarak pella lebih memungkinkan untuk lebih dahulu dijangkau karena Damaskus adalah kunci utama menaklukkan kota-kota Suriah lainnya., bahkan juga kota-kota palestina dan pesisir Levantina sekaligus sebagai pintu gerbang menuju Emesa (Himsh) dan Antiokia dari arah Selatan.
Umar juga menempatkan pasukan disetiap pintu gerbang itu; pasukan Khalid ibn al-Walid di gerbang Timur (bab as-syarq), Amr ibn al-Ash di gerbang Thomas (bab thuma), Abu Ubaidillah di gerbang Jabiyyah, dan Yazid ibn Abi Sufyan digerbang Faradis. Umar juga memerintahkan beberapa pasukan untuk di utara Damaskus yang menjadi jalan terusan menuju Emesa untuk berjaga-jaga jika Heraklius mengerahkan pasukannya secara tiba-tiba dari kota tersebut.
Setelah menjalani pengepungan selama enam bulan, Damaskus akhirnya dapat ditaklukkan, tepat pada Februari 635 M. Mula-mula Khalid yang pertama kali berhasil membuka sisi timur benteng kota itu, kemudian disusul Abu Ubaidillah di sisi gerbang yang lain. Taka da perlawanan berarti dalam usaha penaklukkan kota itu. Kebanyakan masyarakat Damaskus justru lebih memilih berdamai dan menyerahkan sepenuhnya kota tersebut kepada otoritas Islam. Negosiasi antara penduduk kota dan pihak Islam pun berjalan dengan lancer, beberapa perjanjian dan persyaratan dibuat. Pihak Islam pun memberikan jaminan keamanan kepada seluruh penduduk kota sebagai kompensasi dari jizyah yang ditetapkan.
•    Menaklukkan Pella (Fihl)
Setelah Damaskus dikuasai, Abu Ubaidah, Khalid, Syarhabil, Amr, dan pasukan Islam lainnya bergerak ke selatan menuju Fihl, sebuah kota kecil di Lembah Baisan, beberapa kilometer di selatan Danau Tiberias yang menjadi salah satu wilayah utama Yordania. Fihl dilewati sungai Yordan yang deras, yang menghubungkan Danau Tiberias dengan laut mati. Ketika mengetahui pasukan islam dating dari Damaskus, sisa pasukan Bizantium yang masih bertahan di Fihl menjebol saluran irigasi dan sungai Yordan yang mengalir di sepanjang tepian Fihl. Air sungai itu pun meluap. Tanah lembah itu berubah jadi lautan lumpur.
Garis depan pasukan Islam tak bias bergerak, terjebak luapan lumpur itu. Namun, keadaan Bizantium justru lebih parah. Mereka terendam lumpur karena berada di tepi sungai itu. Maka pasukan muslim segera menghujani mereka dengan anak panah. Sebagian besar tewas. Sisanya berpencar melarikan diri, Fihl akhirnya dapat ditaklukkan. Abu Ubaidah segera mengirim berita kemenangan ini ke Madinah.
•    Menuju Chalcis (Qinnasrin)
Qinnasrin  atau Chalcis adalah provinsi paling utara Suriah, yang membawahi beberapa kota-kota penting, yaitu Qinnasrin sendiri, Lattakia, Aleppo (Halab), dan Antiokia tempat Heraklius saat itu berada setelah pelariannya dari Himsh.
Pasukan Islam berhenti sejenak di Himsh untuk menentukan arah penaklukkan di Qinniasrin. Sebagian berpendapat untuk lebih dahulu bergerak ke kota utama dan terbesar, tetapi pertahanan terkuat Bizantium berada di Aleppo. Seperti halnya Damaskus di wilayah Suriah bagian selatan, Aleppo di Suriah bagian utara adalah kokojo domino. Jika Aleppo dapat lebih dahulu ditaklukkan maka Antiokia dan kota-kota lainnya akan lebih mudah dikuasai.
•    Menaklukkan Aleppo (Halab)
Penaklukkan Islam atas Aleppo terbilang sangat sulit. Selain berada di atas bukit terjal dan dikelilingi benteng, gerbang kota Aleppo hanya satu; dari arah depan. Setelah sekian hari dikepung pada suatu malam yang gelap, beberapa pasukan Islam memanjat tembok benteng. Mereka berhasil menyelinap dan memasuki bagian dalam benteng, mengendap-endap, menyergap beberapa penjaga, hingga berhasil memutus rantai gerbang dan membukanya. Pasukan Islam yang telah berada didepan pintu gerbang secara diam-diam di malam gelap itu segera memasuki gerbang dan bergerak ke dalam. Pecahlah pertempuran antara kedua belah pihak. Pertempuran berlanjut hingga hari beranjak siang, dan akhirnya dimenangkan oleh pihak Islam. Korban pada pihak Bizantium lebih banyak, dan Vartanius, panglima Bizantium yang dipasrahi untuk mempertahankan  Aleppo itu pun tewas.
•    Menguasai Antiokia (Anthakiyyah)
Kota Antiokia diserahkan secara damai oleh uskup agung nya kepada pihak Islam. Kemegahan dan keindahan kota ini pun dapat terjaga dari akibat-akibat pertempuran. Pihak Islam memberikan jaminan keamanan kepada seluruh penduduk kota dan penduduk kota itu diwajibkan membayar jizyah, pajak keamanan yang terbilang sangat sedikit itu.

Umar Dan Penaklukkan Palestina
•    Menuju Palestina
Pada musim gugur tahun 635 M, atas titah Khalifah Umar di Madinah, Amr ibn al-Ash dan Syarhabil ibn Hasanah beserta pasukannya bergerak menuju palestina. Palestina adalah tanah pusaka bagi sejarah peradaban manusia. Palestina adalah wilayah suci yang diberkahi, tempat sejarah kehidupan nabi-nabi terjadi Iberahim, Ishak, Yakub, Dawud, Sulaiman, Ilyasa dan para pengikut Musa, juga Isa al-Masih, sekaligus Muhammad yang berisra.
•    Menaklukkan Galilea (Jalil)
Pasukan Islam bergerak melalui Golan (jaulan), daerah pegunungan yang subur, hijau, rimbun, dan sejuk di perbatasan Suriah dan Palestina. Keindahan panorama pegunungan Golan tak tertandingi. Di situlah pasukan Islam berhenti untuk beristirahat sejenak.
Dari Golan, Amr dan pasukannya memasuki Galileia, sebuah kawasan hijau dan subur di bagian utara Palestina.
Amr dan pasukannya tak mendapat  banyak kesulitan ketika menaklukkan kota-kota sepanjang Galileia. Mereka hanya mendapat perlawanan kecil dari pihak Bizantium yang masih tersisa. Setelah penaklukkan, Amr dan pasukan Islam memberi jaminan keamanan dan kepemilikan kepada seluuh rakyat galileia, lalu bergerak ke Yerussalem.
•    Menaklukkan Pesisir Levantina (sawahil as-Syam)
Sementara itu, Yazid ibn Abi Sufyan dan adiknya, Mu’awiyah yang ditugaskan untuk menaklukkan sepanjang pesisir pantai levantina , membagi pasukan ke dua arah; arah utara dipimpim Mua’wiyah dan arah selatan dipimpin Yazid. Di utara pasukan Islam berhasil menaklukkan Beirut, Tripoli, Sidon, Byblos, dan Latakia di utara Suriah hingga akhir tahun 635 M 15 H). Pasukan Islam yang bergerak ke arah selatan juga berhasil menaklukkan satu per satu kota Bandar di sepanjang pesisi itu Sidon , Acre, hingga Haiva di bagian provinsi Palestina.
•    Pertempuran Ajnadin
Saat mengetahui pasukan Islam yang dipimpin Amr ibn al-ash bersama syarrhabil inb Hasanah tengah bergerak kea rah palestina Palestina, pangeran Konstantin II segera mempersiapkan pasukan dan memanggi bala bantuan dari Siprus dan  Konstantinopel dan mengangkat Artavon (Arthabon) sebagai panglima.
Sementara itu, pasukan Yazid yang telah menaklukkan Haiva segera bergabung dengan pasukan Amr, untuk kemudian bersama-sama menuju Yerussalem. Saat melintasi Ajnain, pasukan Islam bertemu dengan pasukan Biantium dari Caesarea. Pertempuran pun pecah sedahsyat perang Yarmuk dulu. Dalam pertempuran itu, pihak Bizantium kembali dikalahkan. Artavon, panglima perang dari Caesarea, beserta beberapa yang tersisa lantas melarikan diri menuju Yerussalem
•    Menguasai Yerussalem (Al-Quds)
Musim dingin tahun 636 M telah tiba. Yerussalem Khalifah Umar dan memasuki Yerussalem. Pasukan Islam telah tiba di sisi kota kuno itu dan melangsungkan pengepungan kota sepanjang musim dingin. Khalifah Umar memerintahkan Abu Ubaidah, Khalid, dan Mu’awiyah, yang telah berhasil menaklukkan seluruh wilayah suriah dan pesisir Levantina, untuk segera bertolak ke Yerussalem dan bergabung dengan pasukan Amr.
Di balik benteng, di dalam gereja, panglima Artavon dan Patriach Suphronius, uskup agung gereja Yerussalem, tengah berdebat sengit. Artavon bersikeras menginginkan Yerussalem tetap dipertahankan dari penaklukkan pasukan Islam, sekalipun harus mengobarkan peperangan di dalam kota suci itu. Sementara Sophronius menganggap bahwa pendudukan dari orang-orang Islam adalah penjelmaan dari kehendak Tuhan yang dikirimkan untuk mengakhiri kekuasaan orang-orang Bizantium. Sopphoronius lebih memilih bernegosiasi dan menyerahkan Yerussalem kepada pihak Islam dengan jalan damai.
Orang-orang yang berkumpul di gereja dan mengikuti jalannya perdebatan akhirnya lebih mengamini pendapat sang Uskup. Mereka setuju jika yerussalem diserahkan dengan jalan damai. Maka, salah seorang utusan dikirim untuk menemui pihak Islam diluar benteng. Utusan itu dating membawa syarat-syarat penyerahan kota, yaitu tidak aka nada pengangkatan senjata, di izinkan sisa-sisa pasukan Bizantium untuk berangkat ke Mesir, dan penyerahan Yerussalem diterima secara langsung oleh pemimpin tertinggi umat islam, khalifah Umar. Abu Ubaidah menerima syarat-syarat tersebut. Ia pun mengundang Khalifah Umar ke Yerussalem untuk menerima penyerahan kota tersebut.
Saat itu, Umar berada di Jabiyah, di selatan Damaskus untuk sebuah pengaturan administratif. Perutusan Abu Ubaidah dari Yerussalem dating menghadap Umar, menyampaikan undangan dan pesan-pesan, untuk kemudian segera kembali dengan membawa surat dari khalifah.
Umar dan Penaklukkan Persia
•    Pertempuran besar Qadisiah (Qadisiyah)
Pasukan persia, dibawah pimpinan Argabadz Rustam, mulai meninggalkan ibukota Ctesiphon (Mada’in) di sebelah timur, menyeberangi sungai Tigris, melintasi daratan hijau Jazirah yang subur, menyeberangi sungai Eufrat, melewati Hira, lalu terus bergerak menuju arah pertahanan pasukan Islam di lembah Qadisiah.
Kedua pasukan kini telah bertemu dan berhadapan. Pasukan Islam berjumlah 8.000 orang, pasukan Persia 60.000 orang. Bala bantuan pasukan Islam dari Suriah rupanya belum dating. Kedua pasukan kini sama-sama menunggu pekik kumandang takbir, bunyi lengking terompet perang, dan perintah menyerbu dari komandan masing-masing.
Hingga bunyi terompet perang pun terdengar nyaring dari pihak Persia. Pasukan Islam menyambutnya dengan kumandang takbir yang menggelegar. Kedua pasukan sama-sama bergerak dan merengsek maju. Pertempuran pun pecah dan berkecamuk dengan dahsyat, dan berlangsung empat hari lamanya. Ditengah –tengah kondisi yang demikian berkecamuk, bala bantuan Islam dari Suriah dating. Mereka segera menggabungkan diri dengan pasukan Islam.
Pertempuran Qadisiah berakhir dengan kemenangan pasukan Islam. Di Madinah, Khalifah Umar menunggu kabar perang tersebut dan gelisah. Maka, ia memutuskan untuk berangkat hingga sampai di luar kota Madinah dengan berjalan kaki. Di tengah perjalanan Umar bertemu seorang penunggang kuda. Ia adalah utusan panglima Sa’d dari Qadisiah untuk mengabarkan kemenangan pihak Islam di Qadisiah kepada Khalifah Umar di Madinah.
•    Menaklukkan Ibu kota Ctesiphon (Mad’in)
Atas perintah khalifah Umar, sebagian pasukannya Islam di Qadisiah diperintahkan untuk mengejar sisa-sisa pasuka Persia yang melarikan diri kea rah Timur, sebagian mereka bertahan di kota kecil Babil, dan sebagian lainnya pergi hingga ke Ctesipphon (mada’in), ibu kota kekaisaran Persia di seberang sungai Tigris.
Sa’d dan pasukannya segera bergerak ke timur menuju babil untuk kemudian ke Mada’in. babil adalah ibukota di persimpangan sengai Eufrat yang berdiri di dekat reruntuhan kota Babilonia, kota kuno yang menatahkan dongeng tengn Raja Hamurabi, Nebukadnezar, hingga taman gantungnya yang demikian melegenda. Dimota itu, paukan Persia telah mebuat parit-parit pertahanan untuk menghadapi kedatangan pasukan Islam.
Sa’d lalu memerintahkan pasukannya untuk berhenti pada garis yang sekiranya mereka tak terkena serangan panah pasukan Persia. Sa’d juga mulai kembali mengatur siasat perang. Sa’d memerintahkan pasukannya untuk menggali saluran air dari sungai Eufrat yang diarahkan pada parit Persia. Pasukan Islam pun mengalirkan air sungai yang deras itu hingga membanjiri parit-parit pasukan Persia. Pada saat yang sama, pasukan Islam langsung menyerbu pihak Persia yang tengah kacau dan kehilangan pertahanan, babil pun segera jatuh dan dapat dikuasai.
•    Menaklukkan Hulwan dan Masabazan
Atas perintah Khalifah Umar dari Madinah, Qa’ad ibn Amr lantas bergerak menuju Hulwan untuk melakukan pengejaran. Setiba di Hulwan, pasukan Islam tidak mendapati perlawanan. Penduduknya memilih berdamai dan membayar jizyah.
Setelah sepenuhnya menguasai Hulwan, Khalifah Umar dari Madinah menginstruksikan pasukan Islam untuk segera bergerak ke Masabazan dibawah pimpinan Dharar ibn al-Khathab al-Fihri. Mereka beranjak kea rah timur menuju kota Masabazan, wilayah pegunungan yang ditumbuhi banyak pepohonan dan terletak di anatara Hulwan dan kota besar Jundal Saphur.
Sementara itu, panglima Hormuzan rupanya telah mempersiapkan perlawanan dengan sisa-sisa kekuatan yang ada. Dharar dan pasukannya pun langsung menggempur pihak Persia. Pertempuran kecil tidak berimbang itu pun segera berakhir dan dimenangkan pasukan Islam. Hormuzan kembali melarikan diri ke-wilayah pegunungan Ahwaz, sementara sisanya melarikan diri ke arah pegunungan. Dharar memerintahkan sebagian pasukan Islam untuk mengejar mereka dan menyerukan titah menyerah. Maka, mereka pun berbondong-bondong kembali turun ke Masabazan dan menyepakati perjanjian damai.
•    Menaklukkan Ahwaz
Ahwaz berbatasan langsung dengan Aljibal di utara, khurasan timur, Persepolis (Fars) di selatan, dan bagian baratnya berbatasan dengan Sungai Tigris dan pesisir Teluk Persia. Di wilayah Ahwaz terdapat kota-kota strategis, seperti Manadzir, Sussa, Tustar, dan Jundai Shapur. Penjelasan tentang Ahwaz pun disampaikan oleh Sa’d kepada khalifah Umar, juga kabar Hormuzan yang berkhianat, Umar memberikan izin kepada pasukannya untuk melakukan serangan ke wilayah Ahwaz dan sisa wilayah Persia lainnya.
Dari Madinah, khalifah Umar memberikan izin kepada Sa’d. Setelah itu, Sa’d dan pasukan Islam bergerak menyisir berbagai penjuru wilayah Ahwaz dengan membagi kelompok pasukan. Sa’d juga meminta bala bantuan kepada Utbah ibn Ghaazwan dari kota Kufah. Beberapa kota berhasil ditaklukkan, seperti Maisan, Damaizan, Manazhir, dan Nahrtiri. Hingga tibalah pasukan Islam dikota Suq al-Ahwaz di tepian sungai Tigris. Di kota inilah panglima Hormuzan menyatakan menyerah dan memilih untuk berdamai. Utbah ibn Ghazwan pun menerima permintaan damai dari Hormuzan lalu menunjuk beberapa wali untuk mengamankan kota-kota sepanjang Ahwaz yang telah ditaklukkan; Sullam ibn Kain at-Tamimi untuk kota Manadzir, dan Harmala ibn Muraiths untuk kota Nahrtiri hingga Suq al-Ahwaz.
Namun, mendadak Hormuzan mengkhianati janji damai yang dahulu ia ikrarkan sendiri. Hormuzan menyulut kerusuhan dan membunuh beberapa rakyat sipil, serta melakukan perlawanan bersama orang-orang kurdi. Suq al-Ahwaz pun kembali bergolak. Utbah segera melaporkan keadaan ini kepada Sa’d, dan langsung mengabari Khalifah Umar. Lalu datanglah perintah dari madinah untuk menumpas pengkhianatan Hormuzan beserta bala bantuan di bawah pimpinan Haqush ibn Zuhair.
Pertempuran kembali pecah di kota Suq al-Ahwaz. Pasukan Islam dapat dengan mudah menekuk pasukan Hormuzan. Dalam peperangan singkat itu, Hurmozan kembali berhasil meloloskan diri menuju Tustar. Suq al-Ahwaz kini dapat sepenuhnya dikuasai. Khalifah Umar memerintahkan untuk mengejar Hurmozan, dan menunjuk Juz ibn Muawiyah untuk mengepalai pasukan pengejar itu.
•    Menaklukkan Tustar
Hitungan tahun Hijriyah sudah memasuki angka ke-18 (639 M). Di Tustar, Hormuzan kembali menyusun kekuatan. Dari pelariannya di Rayy, kIsra Yezgerd memanggil segenap bala bantuan dari beberapa wilayah bagian timur laut, seperti Persipolis,Mer, Nahawand, dan Khurasan. Mengetahui hal ini, Khalifah Umar dari Madinah kembali memerintahkan panglima besar Sa’d untuk mempersiapkan pasukan perang dan bergerak menuju Tustar. Umar juga memanggil pasukan bantuan dari Bashrah, dibawah pimpinan Abu Musa al-Asy’ari di Bashrah, juga dari Kufah, di bawah pimpinan Sahl ibn Adi, juga pasukan Nu’man ibn Muqarrin dari Ahwaz.
Pengepungan kota Tustar yang dikelilingi benteng itu berlangsung beberapa bulan. Selama itu pula terjadi beberapa kali peperangan. Hingga pada suatu hari, pasukan Islam berhasil menemukan jalan rahasia untuk memasuki benteng. Mereka pun memasukinya tanpa diketahui pihak Persia, sehingga berhasil membukakan pintu pintu gerbang utama. Seketika itu pasukan Islam yang menunggu di luar gerbang segera berhamburan. Pasukan Persia yang berada di dalam rupanya tak dapat berkutik oleh serangan dadakan itu, Panglima Hormuzan akhirnya ditawan dan diserahkan kepada khalifah Umar.
•    Menaklukkan Sussa dan Jundai Saphur
Sementara itu, sisa pasukan Persia yang selamat dari pertempuran Tustar pergi melarikan diri ke Sussa dan Jundai Saphur. Pasukan Islam segera mengejar mereka di bawah komando Nu’man, Abu Musa al-Asy’ari, dan Abu Sabrah
Perjalanan dari Tustar ke Sussa tidak membutuhkan waktu lama, karena jarak keduanya tidak jauh. Setiba di Sussa, pasukan Islam tidak mendapat perlawanan dari Persia. Para penduduk kota memilih berdamai. Setelah menunggu instruksi dai Khalifah Umar di Madinah, pasukan Islam segera bergerak kembali menuju Jundai Saphur, kota besar dan pusat ilmu pengetahuan, sekaligus tempat bertemunya tradisi dan peradaban Persia dengan Yunani. Kali ini pasukan Islam dipimpin oleh panglima Zarruh ibn Abdillah dan Aswad ibn Rabi’ah. Seperti halnua Sussa, Jundai Saphur juga ditaklukkan dengan mudah. Para penduduk kota juga lebih memilih berdamai.
•    Pertempuran Besar Nahawand
Pasukan Islam berhasil memeanangkan pertempuran di Nahawad. Kerena kekalahan itu pasukan Persia telahdihinggapi rasa takut yang demikian rupa. Keadaan mereka makin kacau balau dan moral mereka pun berangsur merosot, maka dalam menghadapi keadaan mereka demikian itu taka da jalan lain Umar harus segera mengambil langkah. Ia mengerahkan kekuatannya di wilayah-wilayah itu sampai mereka tunduk semua keapada kekuasaanya dan taka ada lagi sisa-sisa yang akan mengadakan perlawanan, dan jangan pula ada pangeran-pangeran mereka yang akan berangan-angan seperti yang pernah terjadi, oleh karena itu dia sendiri yang menyusun brigade-brigade untuk mereka yang diberi tugass menjelajahi seluruh kawasan Persia: pimpinan brigade  Khurasan diserahkan kepada ahnaf bin Qais, brigade Ardasyir dan Shapur kepada Mujasyi’ bin Mas’ud as-Sulami, brigade Istakhr kepada Usman bin Abil-As-Saqafi, brigade Darabgird kepada Sariah bin kepada Asim bin Amr dan brigade Mukran kepada Hakam bin Amr at-Taglabi dengan perintah mereka harus bersiap-siap berangkat ke kota-kota dan kawasan-kawasan itu.
•    Menaklukkan Isfahan
Setelah kemenangan Nawahand, Khalifah Umar dari Madinah memerintahkan sebagian pasukan Islam utnuk bergerak menuju Isfahan dan Rayy. Umar menunjuk Abdullah ibn Abdullah ibn Utbah untuk mengepalai pasukan menuju Isfahan serta menunjuk Nu’aim ibn Muqarram, adik panglima Nu’man ibn Muqarrin, untuk mengepalai pasukan menuju Rayy.
Ketika mengetahui rencana pergerakan pasukan Islam menuju Rayy, Kisra Yazdgerd yang sedang berada dikota tersebut segera melarikan diri ke kota Isfahan. Ketika itu ia mengetahui bahwa pasukan islam lainnya tengah menuju Isfahan, Yazdgerd pun melanjutkan pelariannya hingga ke Kirman.
Sebelumnya, di balairung kekhalifahan di Madinah, Khalifah Umar terlebih dahulu meminta pendapat para sahabat tetua terkait pengejaran lanjutan ke Isfahan dan Rayy ini. Umar juga meminta pendapat Hormuzan, mantan panglima Persia yang kini memeluk Islam. Pasukan Abdullah telah tiba dan mengepung Isfahan, kota yang dikelilingi julangan benteng. Setelah pengepungan berjalan beberapa lama, penduduk kota akhirnya memilih berdamai dan membayar jizyah.
•    Menaklukkan Hamadan dan Rayy
Khalifah Umar juga memerintahkan Nu’aim ibn Muqarrin dan Qa’qa’ untuk mengejar sisa pasukan Persia yang melarikan diri ke Hamadan dan Rayy. Nu’aim dan pasukannya segera melaju ke Hamadan, dan dapat meanklukkan kota tersebut dengan mudah. Para penduduk kota memilih berdamai. Nu’aim bersama pasukannya lalu melanjutkan perjalanan untuk menaklukkan Rayy. Namun sepeninggal Nu’aim, Hamadan kembali bergejolak. Bahkan, pertahanan Panglima Qa’qa ibn Amr dengan pasukan kecilnya, semakin terdesak. Kondisi tersebut memaksa Nu’aim utnuk kembali ke Hamadan dan memadamkan pergolakan.
Sementara itu, kembalinya Nu’aim ke Hamadan dimanfaatkaan dengan baik oleh pihak Persia. Utusan-utusan rahasia dari Rayy dan Dailam melakukan pertemuan dengan penguasa Azerbaijan, Isfandiar, yang masih saudara Rustam panglima Persia yang wafat di perang Qadisiah. Maka terjadilah pemusatan kekuatan Persia di pegunungan Waj-Ruz anatara pasukan Rayy yang dipmpin Zabandi, pasukan Dailam yang dipimpin Mawta, dan pasukan Azerbaijan yang dipimpin Isfandiar.
Nu’aim dan 12.000 pasukannya segera bergerak ke Waj-Ruz. Di pegunungan itulah meletus pertempuran sengit. Kekuatan Persia akhirnya porak poranda dan nyaris semua prajuritnya binasa. Kekuatan Rayy dan Dailam pun berpindah ke tangan pasukan Islam.
Di lain pihak, pasukan muslim yang dipimpin Panglima Barrak Ibn Azib dan Panglima Hanzhala ibn Zaid, bergerak mengepung abhar. Abhar yang terkepung memeilih opsi berdamai dengan pasukan Islam. Selepas itu, pasukan Islam pun maju ke Kazwin dan Zanjan. Namun, seperti halnya abhar, kedua kota benteng tersebut pun menyatakan tunduk kepada Islam dan memilih untuk berdamai.
•    Menaklukkan Qom, Bistham, Jurjan, dan Tabaristan
Setelah berhasil menaklukkan Hamadan, Rayy, dan sekitarnya, Umar memerintahkan saudara Nu’aim ibn Muqarrin, yaitu Suwaid ibn Muqarrin, untuk menaklukkan wilayah-wilayah yang belum dikuasai. Suwaid dan pasukannya pun bergerak menuju beberapa kota, seperti Qom, Bistham, dan Jurjan. Ketiga kota tersebut tidak melakukan perlawanan dan menyatakan tunduk di bawah kekuasaan Islam.
Kondisi tersebut membuat penguasa wilayah Tabaristan, yang berbatasan langsung dengan ketiga kota itu, memilih opsi damai. Ia pun mengirim utusannya utnuk menjumpai Suwaid dan menyatakan menyerah dengan damai.
•    Menaklukkan Azerbaijan dan Armenia
Setelah menaklukkan Hamadan dan Rayy, Nu’aim ibn Muqarrin mengutus Bukair ibn Abdullah untuk segera bergerak ke Azerbaijan. Ia pun ditemani Sammak ibn Kharsyah. Di lain pihak, Isfandiar penguasa Azerbaijan, berusaha mempertahankan wilayah kekuasaanya. Pertempuran kecil pun terjadi, tetapi pada akhirnya Isfandiar berhasil ditangkap bersamaan dengan kekalahan pasukan Azerbaijan.
Setelah penaklukkan Azerbaijan, bantuan pasukan Islam dari Bashrah yang dipimpin Suraqah ibn Amr menyusul dating dan bertemu dengan pasukan Bukair. Atas restu Khalifah Umar di ibu kota, Suraqah dan pasukannya memutuskan untuk bergerak menuju Armenia bagian timur. Setibanya pasukan Islam di perbatasan Armenia, penguasa wilayah itu, Bagratid, memilih berdamai.
Hingga tahun 23 H (644 M), seluruh wilayah kekaisaran Persia dapat dikuasai. Yazdgerd sendiri melarikan diri ke arah timur, menuju Merv, dan hingga akhirnya wafat pada masa pemerintahan Khalifah Usman ibn Affan.

Umar dan Penaklukkan Mesir
Setelah izin penaklukkan Mesir diturunkan khalifah Umar dari Madinah, panglima Amr ibn al-Ash pun bergerak bersama seregu pasukan Islam dari Yerussalem. Khalifah Umar juga menurunkan pasukan bantuan yang dipimpin Zubair ibn al-Awwam, Basyar ibn Artha’ah, Kharijah ibn Hudzaifah, dan Umair ibn Wahab.
Umar menulis untuk Amr : “Sesungguhnya aku mengirimkan bantuan kepadamu empat ribu pasukan. Di anatara mereka terdapat empat lelaki yang derajatnya sama dengan seribu orang lainnya, Zubair ibn al-Awwam, Miqdad ibn al-Aswad, Ubadah ibn as-Shamit, dan Musallamah ibn Mukhlid.
Setiba di gerbang Mesir, di pesisir pantai Palesium, mereka bertemu dengan dua utusan Muqawqis, Sang Partiarc Alexandria. Keduanya lalu menghadap Muqawqis. Di samping Gebernur Mesir itu ada Arthabun, panglima Romawi untuk wilayah Mesir. Muqawqis mempertimbangkan seruan Amr, sementara Arthabun menolaknya.
Arthabun tak menghiraukan segala pertimbangan yang disampaikan. Sementara Amr ibn al-Ash dan pasukan Islam tengah menunggu jawaban dari pihak Mesir, dengan tetap bertahan di pintu masuk Mesir. Hingga beberapa hari kemudian, atharabun telah menyiapkan sejumlah pasukan, dan bahkan menyerang sebagian kecil pasukan Islam di perbatasan itu.
Amr pun memutuskan utnuk membalas serangan Arthabun. Ia dan pasukannya segera bergerak ke arah Memphis, kota besar di Mesir Tengah, tempat Arthabun dan pasukannya berada. Pertempuran pecah dengan sengit di Heliopolis, kota matahari di sisi timur Memphis. Amr dan Zubair dengan gigih berusaha merobohkan pasukan Arthabun di kota berbenteng tiu hingga pasukan Arthabun dikalahkan. Sementara itu, para penduduk setempat yang mayoritas beragama Kristen Koptik lebih memilih berdamai.
Setelah penaklukkandi wilayah, Memphis Amr memerintahkan pasukannya utnuk bergerak menuju Alexandria. Muqawqis sebelumnya menunaikan pajak negerinya kepada penguasa Romawi. Ketika Amr ibn al-Ash tiba dikota itu dan hendak mengepung kota, Muqawqis segera mengumpulkan para pendeta kota dan para pembesarnya. Muqawwis berkata kepada mereka, “Mereka orang-orang Arab itu, telah mengalahkan kekuasaan Kisra Persia dan Kaisar Romawi, serta menghilangkan mereka dari kerajaan mereka. Kita semua tidak memiliki daya di adapan mereka. Pendapatku, kita lebih baik membayar jizyah untk mereka. Muqawqis lalu mengirimkan seseorang utusan kepada Amr, yang menyatakan kesediaan penduduk Alexandria untuk membayar jizyah. Amr pun menerima tawaran mereka dan mengikat perjanjian, untuk kemudian segera mengirim berita penaklukkan damai Alexandria ini kepada Khalifah Umar di Madinah.
Sejarawan Saif berkata, negeri Mesir sepenuhnya dapat ditaklukkan pada bulan Rabiul Awal tahun 16 H, lalu berdirilah di negeri itu kerajaan Islam. Sebagian yang lain berkata : Negeri Mesir ditaklukkan pada tahun 20 H, dan kota Alexandria pada 25 H setelah tiga bulan.