Motto

Hidup adalah pembelajaran tak kenal henti....

Friday, February 5, 2016

PENDAKIAN GUNUNG PENANGGUNGAN 1653MDPL

Tanggal 09-10 Januari 2016 kami berencana untuk mendaki, ya karena mendaki adalah sebuah kebutuhan batin bagi saya, alam itu selalu memanggil saya untuk  mengunjunginya. Sehabis zuhur waktu Indonesia Barat pukul 12.00 kami mengambil peralatan untuk mendaki berupa tenda dan sepatu hiking, ya lumayanlah mendaki gunung itu juga butuh biaya guys. Setelah semua persiapan beres, saya langsung menghubungi teman-teman untuk mendaki.

Dan tujuan kami adalah “puncak gunung penanggungan 1653 MDPL.’’


Sebelum cerita ini ditulis mohon maaf kepada teman teman tim jika dokumentasi dan foto-fotonya kurang lengkap. Ini hanya tulisan untuk mengingat-ngingat saja hehehe...

Ada istilah yang menyebutkan bahwa penanggungan adalah anak dari gunung semeru, ya dilihat dari miniaturnya memang mirip, selain itu tracknya yang terjal benar-benar menaikkan adrenalin saya. Pukul 16.30 kami menjemput seorang teman kami di mojosari (Wilda). Setelah mampir sebentar dan di kasih pentol plus tahu hehehe, kami meneruskan perjalanan menuju puncak penanggungan.

Sekitar jam 20.00 WIB kami menuju gunung penanggungan lewat jalurTratas. Kami memilih memarkir dirumah warga sekitar daripada parkir di tempat yang berdekatan dengan pos 1. Entahlah mungkin karena pengalaman kapten kami (Mas Habib), yang memilih memarkir agak jauh dari kaki gunung alias rumah warga.

Biaya parkir 15ribu/ 4 kendaraan, biaya masuk mendaki di penanggungan 8ribu rupiah. Kami mendaki pada akhir pekan hari sabtu-minggu, karena akhir pekan orang-orang yang mendaki juga sangat banyak, tercatat oleh petugas hampir 500 orang pendaki pada hari itu. Kami pun mendaftar 1  tim dengan 7 orang, yang terdiri dari habib, azis, abdan, sastro, aulia, mega, dan wilda.


Gunung ini punya 4 pos, pos pertama adalah regestrasi dan administrasi dari karang taruna desa dan sebagainya, kemudian pos 2 masih bisa kita jumpai warung-warung dan tempat peristirahatan, setelah itu pos 3 dan pos 4 hanyalah sebuah pondokan untuk beristirahat. Pos 3-dan pos 4 dijaga oleh tim keamanan atau tim kesehatan, pokoknya aman deh teman, mendaki di penanggungan hehehe.

Berangkat sekitar jam 21.WIB. Kami pun mulai mendaki setelah menyelesaikan regestrasi pendakian, dengan tujuan pertama adalah tempat untuk bermalam, namanya adalah “Puncak Bayangan”. Tidak banyak yang bisa diceritakan dalam perjalanan, karena kami cuma berjalan sambil ngobrol  dan bercanda dimalam hari, sebentar-sebentar singgah untuk memulihkan nafas sembari melihat pemandangan lampu-lampu kota yang “masya Allah” sungguh indah teman, sesekali menyapa pendaki lainnya, “Mari Mas” atau “Monggo Mas” hehehe, (“gak ada mari joss atau mari kuku bima” kata pendaki lain) hehehe seru dan menyenangkan. Dan akhirnya setelah berjalan sesuai rute, kami pun sampai di tempat yang biasanya digunakan untuk Camp oleh para pendaki dan tempat itu adalah “PUNCAK BAYANGAN”.


Di puncak bayangan kami mendirikan tenda, waktu perjalan dari pos 1 menuju puncak bayangan sekitar 3 ½ jam. Kami baru sampai jam 12.50 sedikit agak molor dari waktu normal perjalanan, tapi tak apalah, “Sing Penting Slameet” dan tim kami tetap utuh hehehe. Setelah sampai dipuncak bayangan kami pun mendirikan tenda. Sambil menyiapkan peralatan dan alat untuk berkemah, Sekitar jam 02.00 kami mulai istirahat, dan sibuk dengan keperluan masing-masing, ada yang ngopi, tidur dsb. Dan saya pun lebih memilih untuk tidur. Memulihkan tenaga, karena sekitar jam 03.00 WIB kita harus sudah siap-siap menuju puncak.

Waktu istirahat tidak banyak untuk mendapatkan sunrise di puncak penanggungan, kami harus menempuh hampir 2 jam untuk sampai keatas. Waktu itu jam 03.00 WIB kami semua bangun dan bersiap-siap menuju puncak. Di perjalanan ternyata kami tidak bisa menempuhnya dengan waktu singkat, padahal rencananya saya mau shalat subuh di puncak waktu itu, karena waktu sholat shubuh sudah semakin sempit, kami pun berhenti sebentar untuk sholat sebelum sampai di puncak, yang istimewa kali ini adalah, ya sholat dalam kemiringan hehehe, karena jalannya memang menanjak sekali gaes. Selesai shalat kami melanjutnya perjalanan kepuncak menikmati matahari dan kabut tibis dipermukaan penanggunangan. Saat matahari terbit akhirnya kami sampai juga di puncak penanggunagan, “dan selamat datang dipuncak penanggungan teman”.

Banyak view bagus pada gunung ini. Mulai dari view lumpur sidoarjo, terdapat candi disekitar puncak padang savana, dan ke elokan gunung arjuna dan welirang. Saat dipuncak awannya bergerak mengelilingi gunung, sungguh indah sekali sahabat. Dipuncak kami terpisah dengan mega, aulia, dan wilda. saya, azis, habib, dan sastro berkumpul agak ke ujung, dan kami sempat tertidur dipuncak. Sungguh pengalaman yang sangat berarti, pertama kali tidur di dalam awan teman. Hehehe

Kami pun seperti pendaki lainnya, mengambil foto, foto bersama dan sebagainya, saya bahkan sempat turun ke candi di atas gunung tersebut, beberapa kali berkenalan dengan pendaki lain dan sebagainya.
Kembali mengucap syukur kepada Allah atas karunia dan anugerah, bisa menghirup udara di puncak gunung penaggungan di ketinggian 1653 MDPL. Kepada rekan-rekan pendaki saya memohon maaf yang banyak jika dalam perjalanan ternyata terlalu banyak bercanda, atau kata-kata yang menyakitkan, hehehe, karena saya memang terbiasa bercanda seperti itu teman.
Terima kasih sudah menjadi rekan dalam perjalanan dan pendakian, Azis Muslim, Sastro Wibowo, Mas Habiburrahmad, Mega Suliani dan 2 kawan baru Aulia Rahmeen, Wilda Qonita.

Tak lupa kepada Bang Anshary, yang selalu jadi fasilitator hehehe,

Sampai jumpa dalam setiap edisi perjalanan hidup berikutnya @abdan_doerab.



PENDAKIAN GUNUNG PANDERMAN 2000 MDPL

Baik, teman perjalanan saya kali adalah pendakian gunung panderman dengan ketinggian -+ 2000 MDPL. Bagi saya Alam selalu memberikan panggilan, sehingga jiwa terasa hampa kala kesibukan lain lebih banyak daripada harus bersahabat dengan alam.

Sejujurnya saya hanya ingin menulis untuk pribadi cerita ketika melewati satu perjalanan. Daripada didiamkan dalam kenangan lebih baik dituliskan agar mudah mengingat dan mengenangnya. Tulisan ini juga tidak akan menggambarkan secara detail lokasi dan tempatnya.


Oke perjalanan saya dimulai pada tanggal 18-19 September 2015, dihari jum’at-sabtu, adapun pendakian ini hanya melibatkan tiga orang, saya, azis, dan paman syarif. Sekitar pukul 13.00 kami melakukan persiapan untuk perjalanan menuju puncak panderman. Waktu itu paman syarif bahkan baru tahu, bahwa kami ada rencana untuk mendaki. Tak perlu pikir panjang ternyata paman nekat juga langsung mengatakan “YA” untuk ikut mendaki.



Setelah persiapan selesai kami berangkat menuju kota batu dan desa pertama di kaki gunung panderman. Awalnya kami tersesat karena lupa letaknya. Sehingga waktu kami sedkit molor dari rencana. Setelah putar-putar akhirnya kami sampai dan memarkir kendaraan disebuah rumah warga. Biayanya Rp. 5.000 dan kemudian mencatat nama dibuku pendakian dengan membayar Rp. 3.000. sempat berbincang-bincang sebentar dengan anak-anak Kampus ITN  dan akhirnya dengan bismilah kami berangkat  menuju puncak.

Waktu berangkat bersamaan dengan waktu sholat ashar, dan sambil melakukan persiapan untuk muncak, kami shalat ashar sebentar di sumber air kaki gunung panderman. Inilah sumber air yang sering digunakan pendaki untuk minum. Sekaligus untuk mengisi air sebelum melakukan perjalanan. Oohh betapa tenangnya sambil mentadabburi alam, sungguh betapa Indahnya ciptaan-NYA. 

Rute perjalanan memang bisa kami fahami, namun kondisi jalur pendakian waktu itu tidak bersahabat dengan kami. Debu yang sangat pekat sangat menggangu pendakian, maklum waktu itu masih puncak musim kemarau. Beberapa kali kami berhenti diperjalanan karena kondisi tubuh yang lama terdiam sehingga beberapa menit saja mendaki sudah ngos-ngosan hehehe. Setelah berjalan beberapa menit akhirnya kami sampai di pos pertama yang disebu “LATAROMBO” dengan ketinggian 1600 MDPL.











Setelah istirahat sejenak, kami berangkat menuju pos kedua. Dengan kondisi track yang masih dibilang cukup nyaman dan tanpa mengalami keesulitan berarti, akhirnya sampailahdi pos kedua “WATU GEDE” dengan ketinggian 1730 MDPL. Sambil istirahat dan foto-foto sebentar, kemudian kami melanjutkan pendakian.


Dari pos kedua menuju puncak, kali ini kondisi tracknya sudah mulai menanjak dan penuh dengan debu. Waktu itu salah satu rintangan terberak adalah di track ini, saya hampil beberapa kali mau terjatuh. Waktu itu hari mulai senja dan gelap. Persiapan lampu dan pencahayaan lainnya kami siapkan. Ini perjalanan yang saya sadari teman, awalnya kami hanya berencana mendaki dengan 2 orang, tapi ternyata menurut saya, ideal tim mendaki itu memang 3 orang. (Kecuali anda sudah profesional). Dan kami sedikit tertolong karena tim ini ada 3 orang.

Setelah melewati perjalan dengan sabar dan tenaga yang terus digenjot, bahkan sudah masuk waktu malam, akhirnya Sekitar jam 18.30 kami sampai di puncak Basundra dengan ketinggian 2000 MDPL. Ambil air wudhu, akhirnya kami sholat Magrib bersama-sama, Bersyukur kepada ALLah atas segala karunia dan nikmat hidup, nikmat sehat, nikmat merasakan perjalanan ini. Selanjutnya kami pun mendirikan tenda, memasak mie dan membuat kopi bersama.  Sambil menikmati pemandangan lampu-lampu kota Batu dan Bahkan kota Malang, dengan lampu-lampu yang sangat luas. Bahkan merasakan udara dingin pegunungan. Berbagi cerita, dan makan makanan yang sudah dibawa dari kontrakan, bercanda di bawah langit malam yang cerah, suasana yang selalu aku rindukan pada saat penatnya tugas kuliah yang menumpuk. Selesai menikmati itu semua kemudian kami pun masuk kedalam tenda untuk tidur istirahat.


Alarm subuh berbunyi , kami pun siap-siap, sholat subuh, kemudian bergerak mempersiapkan makan, menyalakan api kompor. Selesai itu semua kami bersiap-siap menyambut matahari terbit. Dan akhirnya moment yang saya tunggu-tunggu “Menyambut sunrise di puncak panderman” diketinggian 2000MDPL.





Sayangnya awan dan view yang kami harapkan tidak kunjung datang, namun pengalaman untuk mencarinya jadi sebuah pelajaran yang sangat berharga. Hanya matahari cerah yang menyambut saya dan teman-teman. tapi tak apalah, pengalaman mendaki dan mengunjungi tempat inilah yang saya lega. Setelah puas berada di puncak kami pun kembali ke tenda sambil packing barang-barang bawaan kemudian melanjutkan perjalanan untuk turun kembali. 


Syukur kepada ALLAH SWT atas segala karunia dan nikmat. Terima kasih untuk partner mendaki, my sohib Azis Muslim dan teman baru di Batu, Paman Syarif. Terima kasih juga kepada teman pertama saya di Malang bang Anshari atas segala fasilitas yang diberikan, pokonya arigato gozaimasu....!