Motto

Hidup adalah pembelajaran tak kenal henti....

Friday, February 8, 2013

TAUHID ULUHIYAH

A.    Makna beriman kepada Uluhiyah Allah SWT

Beriman kepada Uluhiyah Allah SWT yaitu kepercayaan secara pasti bahwa hanya Allah SWT semata yang berhak atas segala bentuk ibadah, baik yang lahir maupun yang batin. Seperti doa, khauf(takut), tawakkal(berserah diri), isti’anah( memohon pertolongan), salat, zakat, puasa, dan lain-lain. Jadi, hamba tersebut yakin bahwa Allah SWT adalah al ma’bud ( dzat yang disembah), yang tidak ada sekutu baginya. Karena itu, tidak ada sembahan yang berhak disembah kecuali Allah SWT.

Dalam ayat di atas Allah SWT mengahabarkan bahwa sesembahan yang hak hanya satu, karena itu dilarang  menjadikan sembahan lain selain diri-Nya.
Seorang muslim yang di dalam hatinya tertanam tauhid uluhiyah dengan kokoh maka dalam jiwanya terpatri tekad yang kuat bahwa segala pujian, harapan, doa, dan amal perbuatannya hanya semata-mata untuk pengabdian dan bakti kepada Allah SWT. Hanya Allah SWT sajalah yang di tuju oleh makhluk-nya untuk disembah.
Tauhid uluhiyah dalam pengertiannya sering diidentikan dengan tauhid ubudiyah, karena sesungguhnya adanya pengabdian yang hanya ditunjukan kepada Allah SWT merupakan konsekuensi dari keyakinan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah SWT. Kata uluhiyah dinisbatkan kepada kata Al-llah, sedangkan ubudiyah dinisbatkan kepada kata abada.
Tauhid ini disebut ibadah karena dua pertimbangan: Pertama karena penisbatannya kepada Allah SWT, yang disebut tauhid uluhiyah. Kedua karena penisbatannya kepada makhluk,  yang disebut tauhid ibadah. Adapun maksudnya ialah pengesaan Allah SWT dalam ibadah. Yang  berhak diibadahi hanya Allah SWT.

 [1185]  Maksudnya: Allah-lah Tuhan yang Sebenarnya, yang wajib disembah, yang berkuasa dan sebagainya.
1.    التعبد yang berarti ketundukan kepada Allah Azza wa jalla, dengan cara melaksanakan perintah dan menjauhi larangan, karena dorongan cinta dan pengagungan.
2.    المتعبدبه artinya seperti dikatakan Syaikhul-Islam ibnu Taimiyah rahimahullah,”nama yang mencakup apapun yang dicintai Allah SWT dan diridhainya, baik berupa perkataan maupun perbuatan, yang jahir maupun batin.”
Sebagai misal adalah shalat. Pelaksanannya merupakan ibadah, yang berarti juga merupakan ketundukan. Shalat itu sendiri merupakan ibadah yang sekaligus merupakan المتعبد به  .
Pengesaan Allah SWT dengan tauhid ini, hendaklah engkau menjadi hamba bagi Allah SWT semata, meesakan-Nya dalam ketundukan, kecintaan, pengagungan dan beridah kepada-Nya dengan sesuatu yang disyariatkannya. Firman Allah SWT dalam surah Al Isra, ayat 22:

Manusia bersujud kepada Allah SWT dan menjadikan Allah SWT sebagai tempat meminta, tempat mengadu, dan tempat menyandarkan segala pujian dan harapan. Semua yang berupa pengabdian, langsung ditunjukan kepada Allah SWT dengan tanpa perantara (wasilah) dalam bentuk apapun seperti manusia, berhala dan makhluk-makhluk lainnya.

Allah SWT adalah satu-satunya tempat disembah, bukan berarti bahwa Allah SWT berhajat disembah oleh hamba-Nya karena Allah SWT tidak membutuhkan bakti dari makhluk-Nya. Penyembahan di sini merupakan wujud ketaatan dan kepatuhan hamba dengan Tuhan, antara makhluk dengan Khaliknya.
Dengan demikian baik yang beribadah langsung ke hadirat Allah SWT seperti shalat, puasa, zakat, dan haji maupun beribadah yang tidak langsung seperti membangun mesjid, sarana pendidikan dan sebagainya hendaknya dilakukan karena Allah SWT. Tauhid atau keyakinan semacam ini terlukis dalam ucapan seorang muslim ketika membaca doa iftitah pada waktu melaksanakan shalat.
ان صلاتى و نسكى و محياي و مماتي لله رب العالمين
“ sesungguhnya shalatku, ibadahku,hidupku, dan matiku hanya untuk Allah rabbul'alamin.”

B.     Beriman kepada uluhiyah Allah SWT
Yaitu mengakui bahwa hanya Allah SWT-lah Tuhan yang berhak disembah, tidak ada sekutu-Nya. Dan illah artinya adalah ma’luh maksudnya, yang disembah dengan penuh kecintaan dan pengagungan. Yakni dengan mengesakan Allah SWT dengan segala bentuk ibadah sehingga kita tidak berdoa kecuali kepada Allah SWT, tidak takut kecuali kepada Allah SWT, tidak sujud kecuali kepada Allah SWT, tidak bertawakkal kecuali kepada Allah SWT, dan tidak tunduk kecuali kepada Allah SWT. Dan memang tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah SWT. Allah SWT berfirman:

Tauhid jenis ini adalah kewajiban pertama segenap hamba. Allah SWT berfirman Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dgn sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang tua ibu bapak {An-Nisa’ 36}. Dan beberapa ayat-ayat lainnya yg isinya tentang hal ini.

C.    Pentingnya  beriman kepada uluhiyah Allah SWT
Pentingnya beriman kepada uluhiyah Allah SWT tampak pada hal-hal berikut ini:
a.    Bahwasanya tujuan penciptaan manusia dan jin adalah beribadah kepada Allah SWT semata,tidak ada sekutu bagi-Nya.  Allah SWT berfirman:

b.    Bahwasanya maksud diutusnya para rasul dan diturunkannya kitab-kitab samawi adalah  untuk menetapkan dan mengakui bahwa Allah SWT adalah Tuhan yang berhak disembah,sebagaimana firman Allah SWT:

c.    Sesungguhnya kewajiban pertama setiap manusia adalah beriman kepada uluhiyah Allah SWT.sebagaimana diwasiatkan Nabi kepada Mu’ad bin Jabal saat ia diutus ke Yaman. Ketika itu Nabi bersabda:
انك تاتي قومامن اهل اللكتاب فليكن اول ما تدعوهم اليه شها دة ان لا اله الا الله
“Ssesungguhnya engkau akan datang kepada kaum dari kalangan ahli kitab, karena itu pertama kali yang hendaknya kamu serukan kepada mereka adalah bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang hak kecuali Allah .”( HR. Bukhari dan Muslim)

Maksudnya, hendaknya kamu mengajak mereka untuk mengesakan Allah SWT dalam berbagai bentuk ibadah.

D.    Makna ‘Laa Ilaaha Illallaah’
Kalimat yang agung ini adalah sesuatu yang pertama kali diwajibkan atas manusia, sebagaimana ia adalah kewajiban terakhir bagi seseorang. Maka barangsiapa meninggal diatas kalimat tersebut berarti ia termasuk penghuni syurga,sebagimana disabdakan nabi saw:
من مات وهويعلم ان لا اله الاالله دخل الجنة

Maka makna ‘al-ilah’ adalah ‘al- ma’bud’ ( yang disembah). Sehingga barangsiapa menyembah sesuatu yang lain berarti ia telah menjadikan sembahan selain Allah SWT. Padahal semua itu batil kecuali hanya satu sembahan,yakni Allah SWT semata.

E.    Rukun-rukun ‘ Laa Ilaha Illallah’
kalimat yang agung ini memiliki dua rukun,yaitu: an-nafsu (peniadaan) dan al-itsbat (penetapan).
Rukun yang pertama yaitu’ laa ilaaha’ yang berarti penapian atau peniadaan ibadah kepada selain Allah SWT dan pembatalan kemusrikan serta kewajiban mengingkari segala apa yang disembah selain Allah SWT.
Rukun yang kedua,yaitu’ illallah’ yang berarti penetapan bahwa ibadah itu hanya ditunjukan kepada Allah SWT semata,serta mengesakan-Nya dalam segala bentuk dan macam ibadah. Dalilnya adalah firman Allah SWT:

256.  ...Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut[162] dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia Telah berpegang kepada buhul tali yang amat Kuat ..( Al-Baqarah:256)

[162]  Thaghut ialah syaitan dan apa saja yang disembah selain dari Allah s.w.t.

F.    Syarat-syarat ‘ Laa Ilaha Illallah’
Syahadat laa ilaaha illallah harus memenuhi tujuh syarat:
1.    mengetahui makna ‘laa ilaaha illallah’
2.    meyakini yang diucapkannya,jika ia ragu-ragu maka itu tiada bermanfaat baginya. 
3.   menerima apa yang ditunjukan oleh makna kalimat itu yakni beribadah hanya kepada Allah SWT semata.
4. Inqiyad (patuh) terhadap makna yang ditunjukannya. makna ‘yuslim wajhahu’(menyerahkan diri) adalah ‘yanqadu wa yakhda’u (tuduk dan patuh),sedangkan buhul tali yang kokoh adalah‘laa ilaha illallah”
5.    Shidq (jujur),yaitu hendaknya orang yang mengucapkan kalimat ini benar-benar jujur dari dalam hatinya. 
6.    Ikhlas, yaitu membersihkan amal dari segala debu syirik,yaitu dengan cara tidak mengucapkan kalimat tersebut dengan tujuan selain dari pada Allah SWT.
7.    Mahabbah atau cinta kepada kalimat ini,serta isinya,juga mencintai orang yang mengamalkan konsekuensinya.

G.    Makna ibadah
Ibadah merupakan bentuk amalan manusia dalam menghadapi Tuha. Ibadah mempunyai esensi yang tetap dan tergambar dalam motivasi ibadah sendiri.  Jadi aspek praktik ini mempunyai bentuk dan cara yang dapat berubah-rubah sesuai dengan tuntutan yang diterima dalam kondisi tertentu,tetapi motivasinya tetap. Di sini dimensi affektif  manusia menduduki fungsi yang terpenting, sebab ibadah merupakan pembinaan keyakinan dan pemupukan iman seseorang.

H.    Tauhid adalah sebab diterimanya ibadah
Sebagai kunsekuensi dari keyakinan kita, bahwa tidak ada Tuhan selain Allah SWT. (Tauhid Uluhiyah) dan bahwa tidak ada yang mencipta, mengurus dan mengatur alam semesta ini selain Allah SWT.
Maka dengan demikian, baik beribadah yang langsung kehadirat Allah SWT. Seperti sembahyang dan puasa, maupun ibadah sosial melalui amal kebaikan untuk kesejahteraan masyarakat tempat kita hidup seperti zakat, sedekah, penyantunan fakir miskin dan lain-lain, semua itu untuk keselamatan dan kebahagiaan kita sendiri.
Sebaliknya Allah SWT tidak perlu kepada ibadah kita, sebab sebagaimana yang telah difirmankan, bahwa Allah SWT. Tidak butuh kepada alam semesta ini, sehingga walaupun kita bersikap kufur, sama sekali tidak akan mengurangi keagungan Allah SWT.
Dalam praktek, ibadah itu dilakukan karena mengingat Allah SWT. Sebagai Penguasa Tunggal dan Maha Pencipta, dan juga karena didorong oleh keinginan menyatakan syukur atas segala nikmat dan karunia-Nya. Pernyataan syukur itu bukan hanya dengan ucapan syukur, terima kasih atau yang lazim dengan ucapan alhamdulillah saja, tetapi yang terutama dengan cara mentaati segala perintah dan menjauhi larangan-Nya atau dengan kata lain harus taqwa dan sekaligus menyatakan syukur atas nikmat  dan karunia-Nya.
Ibadah yang semata-mata mengingat perintah Allah SWT. Seperti dalam firman-Nya:

Syekh Islam Ibnu Taimiyah mengatakan,” Ketahuilah kebutuhan seorang hamba untuk menyembah Allah tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun tidak memiliki bandingan yang dapat dikiaskan tetapi dari sebagian segi mirip dengan kebutuhan jasad kepada makanan dan minuman. Akan tetapi di antara keduanya ini terdapat perbedaan mendasar. Karena hakikat seorang hamba adalah hati dan rohnya ia tidak bisa baik kecuali dengan Allah yang tiada Tuhan selain-Nya. Ia tidak bisa tenang di dunia kecuali dengan mengingat-Nya. Seandainya hamba memperoleh kenikmatan dan kesenangan tanpa Allah maka hal itu tidak akan berlangsung lama tetapi akan berpindah-pindah dari satu macam ke macam yg lain dari satu orang kepada orang lain. Adapun Tuhannya maka Dia dibutuhkan tiap saat dan tiap waktu; di mana pun ia berada maka Dia selalu bersamanya”. {Majmu Fatawa I/24}.
Tauhid ini adalah inti dari dakwah para rasul karena ia adalah asas dan pondasi tempat dibangunnya seluruh amal. Tanpa merealisasikannya semua amal ibadah tidak akan diterima. Karena kalau ia tidak terwujud munculah lawannya yaitu syirik. Sedangkan Allah SWT berfirman Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik.

No comments:

Post a Comment