Motto

Hidup adalah pembelajaran tak kenal henti....

Friday, January 13, 2012

SISTEM PEMIKIRAN FILSAFAT TENTANG KENYATAAN

A. Realisme
Pengertian 
Realisme muncul, khususnya di Inggris dan Amerika Utara. Real bearti yang aktual atau yang ada ; kata tersebut menunjukkan kepada benda-benda atau kejadian-kejadian yang sungguh-sungguh, artinya yang sekedar khayalan atau apa yang ada dalam fikiran kita. Real menunjukkan apa yang ada. Reality adalah keadaan atau sifat benda yang real atau yang ada; yakni bertentangan dengan yang hanya Nampak. Dalam arti umum, realisme bearti kepatuhan kepada fakta, kepada apa yang terjadi, jadi bukan kepada yang diharapkan atau yang diinginkan. Akan tetapi dalam filsafat, kata realisme dipakai dalam arti yang lebih teknis.
    Dalam arti flsafat yang sempit, realism bearti anggapan bahwa obyek indra kita adalah real; benda-benda ada, adanya itu terlepas dari kenyataan bahwa benda itu kita ketahui, atau kita presepsikan atau ada hubungannya dengan pikiran kita.
2.    Jenis-jenis Realisme
    Realisme adalah suatu istilah yang meliputi bermacam-macam aliran filsafat yang mempunyai dasar-dasar yang sama. Ada tiga aliran dalam realisme modern yaitu :
•    Kecendrungan kepada materialisme dalam bentuknya modern, contahnya materialisme mekanik adalah realisme tetapi juga materialisme.
•    Kecendrungan  terhadap idealisme
•    Terdapat kelompok realis yang mengangap bahwa realitas itu prulalistik dan terdiri atas berbagai macam jenis; jiwa dan materi hanya merupakan dua dari beberapa jenis lainnya.
B.    Idealisme
1.    Pengertian
Kata idealis dalam filsafat mempunyai arti yang sangat berbeda dari artinya dalam bahasa sehari-hari. Secara umum, kata itu bearti : (1) seorang yang menerima ukuran moral yang tiggi, estitika dan agama serta menghayatinya. (2) orang yang dapat  melukiskan dan menganjurkan suatu rencana atau program yang belum ada. Kata idealis dapat dipakai sebagai pujian atau olok-olok. Seorang yang memperjuangkan tujuan-tujuan mungkin dicapai, atau seorang yang menganggap sepi fakta-fakta dan kondisi-kondisi sesuatu situasi, serig dinamakan : mere idealist (idealis semata-mata).
Arti filsafat dari kata idelisme ditentukan lebih banyak oleh arti biasa dari kata ide daripada ideal. W.E. Hocking, seorang idealis mengatakan bahwa kata-kata “idea-ism” adalah lebih tepat daripada “idealism”. Denga ringkas, idealism mengatakan bahwa realitas terdiri atas ide-ide,  fikiran-fikiran, akal (mind) atau jiwa (selves) dan bukan benda material atau kekuatan. Idealism menekankan mind sebagai hal yang lebih dahulu daripada materi. Jika materialism mengatakan bahwa materi adalah riil dan akal (mind) adalah fenomena yang menyertainya, maka idealisme mengatakan bahwa akal itulah yang riil dan materi adalah produk sampingan. Maka idealisme mengandung pengingkaran bahwa dunia ini pada dasarnya adalah sebuah mesin besar dan harus ditafsirkan sebagai materi, mekanisme atau kekuatan saja.
Idealisme adalah suatu pandangan dunia atau metafisik yang mengatakan bahwa realitas dasar terdiri atas, atau sangat erat hubungannya dengan ide, fikiran atau jiwa.
2.    Jenis-jenis Idealisme
Sejarah idealisme adalah berbelit-belit karena istilah idealisme itu cukup luas untuk mencakup bermacam-macam teori yang berlainan meskipun berkaitan. Ada ahli filsafat yang mengunakan istilah tersebut dalam arti yang luas sehingga mencakup semua filsafat yang mengatakan bahwa kekuatan-kekuatan spiritual ( non material)menentukan proses alam.

3.    Idealisme Obyektif
Banyak filosof ideali, dari Plato melalui Hegel sampai filsafat masa kini menolak subyektivisme yang ekstrim atau mentalisme, dan menolak juga pandangan bahwa dunia luar itu adalah buatan manusia. Mereka berpendapat bahwa peraturan dan bentuk dunia, begitu juga pengetahuan, adalah ditentukan oleh watak dunia itu sendiri. Akal menemukan peraturan alam. Mereka itu idealis dalam member interprestasi kepada alam sebagai suatu bidang yang dapat dipahami, yang bentuk sistematikanya menunjukkan susunan yang rasional dan nilai.
C.    Monisme
1.    Pengertian
Monisme adalah teori yang menolak anggapan bahwa badan dan jiwa merupakan dua hal yang berbeda atau dua hal terpisah yang harus dihubungkan satu dengan yang lainnya. Diantaranya monisme mempunyai bermacam-macam bentuk, sebagai berikut :
a.    Materialisme Ekstrem
Teori tertua mengenai badan-jiwa adalah suatu bentuk ekstrem dari materialisme. Materialisme mempunyai macam-macam varian, tetapi semuanya memegang bahwa materia merupakan dasar dari sesuatu yang ada dan semua hal lain tergantung dari materia ini. Materialisme adalah pandangan yang menyatakan bahwa apapun yang ada  tentulah bersifat fisik atau materiil. Jadi dapat disimpulkan bahwa semua ungkapan mengenai peristiwa mental adalah pernyataan yang tanpa makna atau kalau bermakna pastilah sinonim dengan ungkapan mengenai benda-benda fisik. Aliran ini didukung oleh anggota-anggota lingkungan Wina yaitu aliran positivisme logis (logical positivism), yang dipengaruhi oleh suksesnya sains. Tetapi pandangan ini tidak dipegang oleh pendiri Wina sendiri, yaitu Moritz Schlick. Aliran ini tidak banyak memiliki pengikut lagi, karena para pendukungnya tidak bisa mewujudkan cita-cita mereka untuk menerjemahkan pengalaman mental. Seperti contoh mereka tidak bisa menerjemahkan ungkapan yang paling sederhana sekalipun, seperti “saya sakit” yang berbentuk ungkapan fisikalistis.
b.    Teori identitas
Teori identitas adalah suatu bentuk materiaisme yang cukup banyak dibicarakan dewasa ini. Teori ini dipertahankan oleh J.J. Smart dan H. Feigh. Mereka membedakan secara filosofis antara arti dan referensi, mereka menyatakan bahwa pernyataan mental dan fisik berbeda hanya didalam arti, tetapi secara empiris menunjukkan kepada gejala atau objek yang sama. Misalnya, ‘bintang pagi’ dan ‘bintang sore’.  Pengertian atau arti istilah-istilah itu tidak sama, tetapi benda yang ditunjuk, yaitu bintangnya sendiri,sama. Demikian juga halnya dengan ‘air’ dan ‘H2O’ maka menuut mereka perbedaan antara jiwa dan badan hanyalah perbedaan didalam arti, tetapi didalam hal referensi kedua hal tersebut adalah sama.
c.    Teori Idealisme
Dikemukakan oleh Descartes yang menemukan satu kenyataan yang tidak dapat diragukan atau pasti kebenarannya, yaitu bahwa dirinya sendiri ada (“cogito, ergo sum”). Cogito dimengerti sebagai diri berpikir. Discartes membedakan 2 macam benda, yaitu benda yang berpikir (“res cogitans”) dan benda berkeluasan (“res extensa”). Dari pengertian itu menjadi jelas bahwa Descartes merangkul dualisme. Tetapi akibat dari dualisme Descartes tersebut tidak selalu sesuai dengan pendirian Descartes. Sebagaimana dirumuskan oleh Uskup Berkeley. Dia menyatakan bahwa pernytaan mengenai objek fisik hanya dapat dimengerti dan dipahami artinya sejauh pernyataan itu dapat ditafsirkan sebagai pernyataan mengenai persepsi orang yang menangkapnya.
d.    Teori Double-Aspect
Beberapa filsuf  berpendapat bahwa yang mental dan yang fisik merupakan dua aspek yang berbeda tapi dari kenyataan yang sama. Spinoza merupakan contoh pendukung setia pendapat ini. Ia berpendapat bahwa manusia dapat dimengerti sebagai benda yang mempunyai leluasan, jadi bersifat jasmani, tetapi juga dapat dimengerti sebagai benda yang dapat berpikir jadi bersifat rohani. Tetapi pernyataan-pernyataan ini masing-masing atau bersama-sama tidak dapat menggambarkan secara jelas dan lengkap apa dan siapakah manusia itu.
e.    Monisme Netral
Menurut pandangan ini jiwa maupun badan merupakan kumpulan yang terdiri dari unsur-unsur sejenis. Perbedaan antara badan dan jiwatidak terletak pada perbedaan kodrat dari unsur-unsur atomiknya, melainkan pada susunan unsur-unsurnya berbeda, sedangkan unsure-unsur pembentuknya sendiri sama.
Bermacam-macam teori dualistik umumnya mempertahankan bahwa pernyataan-pernyataan menta dan fisik sungguh-sungguh berbeda.
D.    Dualisme
      Mereka tidak hanya berbeda dalam pengertian tetapi juga dalam hal objek yang dimaksudkan. Jadi perbedaan antara kedua pernyataan bukan hanya terletak pada arti tetapi juga berbeda dalam referensi.

1.    Interaksionalisme
Bahwa peristiwa-peristiwa mental kadang-kadang menyebabkan peristiwa-peristiwa badani. Dan juga bahwa peristiwa-peristiwa badani dapat menyebabkan peristiwa-peristiwa mental. Misalnya, ketakutan menyebabkan badan gemetar dan sebaliknya
2.    Occasionalisme
Banyak filsuf menerima pembagian dunia alami sebagai mana dijalankan oleh Descartes, menjadi yang bersifat mental (“res cogitans”) dan yang bersifat fisik (“res extensa”). Tetapi berbeda dengan Descartes, mereka menolak adanya interaksi berdasar sebab-akibat (hubungan kausal) antara keduanya. Sejumlah filsuf, misalnya Arnold Guelincx dan Nicolas de Malebrenche, mengusulkan sebuah teori bahwa Allah merupakan satu-satunya penguhubung antara yang mental dan yang fisik. Allah selalu menemukan kesempatan untuk menyesuaikan antara yang mental dan yang fisik. Misalnya, saya takut. Rasa takut saya ini merupakan kesempatan bagi Allah untuk membuat badan saya gemetar. Atau, ada objek dalam jangkauan jarak pandang saya.
3.    Paralisme
Teori ini menyatakan bahwa peristiwa-peristiwa mental dan fisik dihubungkan dalam hal biasa, tetapi tanpa ada hubungan sebab-akibat. Menurut Leibniz, peristiwa fisik telah disetel oleh tuhan sedemikian rupa, sehingga, bagaikan dua jam yang disetel bersamaan waktunya, terjadi mekanisme yang sempurna antara perisriwa mental dan peristiwa fisik itu sehingga keduanya terjadi secara serentak, meskipun tidak ada hubungan penyebab antara yang satu dengan yang lain. Misalnya,rasa manis dan menempenya gula pada lidah saya.Terjadi rasa manis pada lidah itu bukan dikarnakan oleh gula yang menempel pada nya,tetapi dua peristiwa itu sudah disetel dari awalnya untuk tejadi bersamaan.
4.    Epiphenomenalisme
Menurut teori ini, hubungan kausal yang berlaku dari yang fisik ke yang mental, dan tidak berlaku sebaliknya. Menurut Cabanis, sudah merupakan kodaratnya bahwa otak mengeluarkan ide dan gagasan, sebagaimana badan mengeluarkan keringat, atau seperti asap yang keluar dari mesin uap, atau film yang tampak pada layar.

No comments:

Post a Comment